Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .
Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak mengungkapkan sebelumnya besaran utang mencapai US$ 1,02 miliar. Akan tetapi utang tersebut telah di refinancing saat penerbitan global bond sebesar US$ 2,5 miliar di bulan Mei 2020 lalu.
"US$ 1,02 miliar di 2021 kita sudah bayar saat terbitkan global bond US$ 2,5 miliar di mana US$ 500 juta untuk bayar dan US$ 500 jutaan lagi (akan) dibayar di November 2021," terang Orias dalam Konferensi Pers Virtual, belum lama ini.
Jika ditarik lebih jauh, merujuk laporan keuangan MIND ID pada 2020 lalu. Holding tambang ini memiliki total liabilitas mencapai Rp 108,19 triliun atau meningkat 16,27% year on year (yoy) dimana pada 2019 liabilitas MIND ID sebesar Rp 93,05 triliun.
Jumlah tersebut terdiri dari liabilitas jangka pendek sebesar Rp 26,58 triliun dan liabilitas jangka panjang mencapai Rp 81,60 triliun. Adapun, dari jumlah total liabilitas jangka pendek, utang obligasi menjadi kontributor terbesar mencapai Rp 9,09 triliun dan pinjaman bank jangka pendek sebesar Rp 4,87 triliun.
Sementara itu, total liabilitas jangka panjang kontribusi terbesar datang dari utang obligasi yang mencapai Rp 69,12 triliun dan pinjaman bank sebesar 6,03 triliun. Sedangkan total aset per 2020 mencapai Rp 180,77 triliun atau meningkat 9,66% yoy. Pada 2019 total aset MIND ID sebesar Rp 164,84 triliun.
Dari jumlah tersebut, investasi pada PT Freeport Indonesia mendominasi mencapai Rp 69,92 triliun pada akhir tahun lalu atau meningkat dari Rp 64,71 triliun setahun sebelumnya. MIND ID mencatatkan total ekuitas mencapai Rp 72,58 triliun atau meningkat tipis dari jumlah tahun 2019 sebesar Rp 71,79 triliun.
Baca Juga: Pemerintah ungkap 5 BUMN penyumbang dividen terbesar tahun 2020
Adapun, untuk Pertamina per 30 Juni 2020 diketahui memiliki utang sebesar US$ 40,56 miliar atau setara Rp 602,43 triliun. Adapun jumlah utang itu tercatat naik 13,1% dari US$ 35,86 miliar pada 31 Desember 2019.
Dalam pemberitaan Kontan.co.id, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menyebutkan, memasuki paruh kedua 2020 Pertamina melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kinerja, sesuai dengan arahan Menteri BUMN. Yaitu melakukan transformasi, efisiensi, dan akuntabilitas secara konsisten. Sehingga di penghujung tahun 2020 bisa mencetak laba bersih.
Nicke menuturkan, Pertamina juga melakukan pengelolaan utang dalam upaya untuk mempertahankan rasio keuangan yang sehat, hasilnya menunjukkan prognosa rasio utang akhir tahun 2020 tetap terjaga baik dengan tren yang masih kompetitif dibandingkan dengan perusahaan migas nasional maupun internasional lainnya.
Dengan posisi keuangan ini, tiga lembaga pemeringkat internasional yaitu Moody's, S&P dan Fitch kembali menetapkan Pertamina pada peringkat investment grade masing-masing pada level baa2, BBB dan BBB.