Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .
Berdasarkan Iaporan keuangan sejak 2015 - 2019, total Interest Bearing Debt mengalami peningkatan seiring dengan jumlah aset yang beroperasi, namun demikian pada 2020 jumlah interest bearing debt mulai mengalami penurunan yaitu:
2015: Rp 382,73 T
2016: Rp 274,51 T
2017: Rp 316,99 T
2018: Rp 388,26 T
2019: Rp 454,17 T
2020: Rp 452,41 T
Agung melanjutkan, dengan interest bearing debt yang ditekan, PLN masih mampu mencetak kinerja positif pada tahun 2020 yang dilihat dari membaiknya posisi likuiditas, rasio leverage dan net income yang tetap tumbuh di masa pandemi covid-19.
Baca Juga: Kejar target kenaikan pajak hingga 8,73%, pemerintah perlu cari cara selain pajak
"PLN memastikan dalam pengelolaan utang mempertimbangkan penggunaan secara hati-hati (prudent) dan proporsional untuk menjaga kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban baik bunga
pinjaman dan pelunasan pokok pinjaman serta debt covenant yang ada dengan memperhatikan pengendalian likuiditas perusahaan," jelas Agung.
Agung memastikan kebijakan pendanaan PLN tidak terbatas pada satu sumber dan pemilihan pendanaan pun dilakukan dengan memperhatikan tingkat biaya pinjaman, tenor, denominasi, size serta kebutuhan investasi perusahaan.
PLN juga selalu mempertimbangkan kondisi pasar uang dan memperhitungkan resiko keuangan yang mungkin timbul di masa depan. Upaya menjaga tingkat utang juga turut dilakukan holding perusahaan pertambangan, MIND ID.
Adapun, BUMN Holding Industri Pertambangan, Mining Industry Indonesia (MIND ID) tercatat memiliki utang jatuh tempo sebesar US$ 500 juta pada November tahun ini.