Sumber: Channel News Asia | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - YANGON. Penggulingan Pemerintahan Aung San Suu Kyi di Myanmar oleh militer "tak terhindarkan", Panglima Militer Jenderal Min Aung Hlaing mengatakan pada Selasa (2/2), ketika Amerika Serikat (AS) secara resmi menetapkan pengambilalihan itu sebagai kudeta.
Militer Myanmar yang kuat mengejutkan negara itu pada Senin (1/2), ketika menahan Aung San Suu Kyi dan pemimpin partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) lainnya dalam "serangan" sebelum fajar, menjelang dimulainya kembali sidang parlemen yang dijadwalkan.
Jenderal Min Aung Hlaing mendapat "kekuasaan legislatif, yudikatif, dan eksekutif", yang secara efektif mengembalikan Myanmar ke pemerintahan militer setelah 10 tahun percobaan dengan demokrasi.
Dalam komentar publik pertamanya sejak kudeta itu, Min Aung Hlaing mengatakan, pengambilalihan militer "sejalan dengan hukum", setelah pemerintah gagal menanggapi keluhannya atas kecurangan pemilu.
Baca Juga: Pernyataan lengkap militer Myanmar soal pengambilalihan kekuasaan
"Setelah banyak permintaan, cara ini tak terhindarkan bagi negara, dan itulah mengapa kami harus memilihnya," katanya dalam rapat kabinet pertama, menurut pidato yang di-posting di halaman Facebook resmi militer Myanmar, seperti dikutip Channel News Asia.
Pasukan bersenjata jaga asrama anggota parlemen
Di Washington, Departemen Luar Negeri AS menyatakan, "Aung San Suu Kyi, pemimpin partai yang berkuasa di Burma, dan Win Myint, kepala pemerintahan yang terpilih, digulingkan dalam kudeta militer".
Itu berarti, AS tidak dapat membantu Pemerintah Myanmar, meskipun dampak apa pun terutama akan bersifat simbolis karena hampir semua bantuan diberikan kepada entitas non-pemerintah. Militer Myanmar sudah di bawah sanksi AS atas kegiatan brutalnya terhadap minoritas Rohingya.
"Kami terus menyerukan kepada pimpinan militer Burma untuk membebaskan mereka, dan semua masyarakat sipil yang ditahan, dan para pemimpin politik segera dan tanpa syarat," ujar Departemen Luar Negeri AS.
Baca Juga: Respons kudeta militer, China harap berbagai pihak di Myanmar menyelesaikan perbedaan
Di ibu kota Myanmar, Naypyidaw, pasukan bersenjata ditempatkan di luar asrama untuk anggota parlemen.
Seorang anggota parlemen NLD menggambarkannya sebagai "pusat penahanan terbuka", meskipun pada malam hari beberapa politisi mengatakan mereka bebas untuk pergi.
Sebuah pernyataan di halaman Facebook terverifikasi NLD menyerukan pembebasan Aung San Suu Kyi serta Presiden Win Myint dan semua anggota partai yang ditahan.
Mereka juga menuntut militer "mengakui hasil yang terkonfirmasi dari pemilihan umum 2020".
Baca Juga: Kudeta militer di Myanmar, AS beri peringatan bakal ambil tindakan
Seorang staf NLD menyebutkan, tidak ada kontak langsung dengan Suu Kyi, meskipun seorang tetangga melihatnya di kediamannya di Naypyidaw.
"Dia kadang berjalan di kompleks rumahnya untuk memberi tahu orang lain bahwa dia dalam keadaan sehat," kata staf pers NLD Kyi Toe kepada AFP seperti dilansir Channel News Asia.
Pada Selasa (2/2) malam, di Kota Yangon, pusat bisnis Myanmar, penduduk membunyikan klakson mobil dan memukul panci serta wajan sebagai bentuk protes atas kudeta militer, menyusul seruan di media sosial.
Beberapa meneriakkan "Hidup Bunda Suu".
Selanjutnya: PBB kecam penahanan Aung San Suu Kyi dan kudeta militer Myanmar
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News