kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemerintah Diminta Kaji Harga BBM Pasca Harga Minyak Dunia Melonjak


Sabtu, 26 Februari 2022 / 07:35 WIB
Pemerintah Diminta Kaji Harga BBM Pasca Harga Minyak Dunia Melonjak

Reporter: Filemon Agung | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan harga minyak dunia sebagai imbas konflik Rusia-Ukraina berpotensi mempengaruhi harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

Pengamat Ekonomi Energi UGM Fahmy Radhi mengungkapkan, meroketnya harga minyak dunia mencapai US$ 105 per barel tidak menguntungkan Indonesia yang tergolong negara net importer.

"Bahkan harga minyak itu justru merugikan dan memperberat beban APBN," ujar Fahmy dalam keterangan resmi yang diterima Kontan, Jumat (25/2).

Baca Juga: Perluas Sanksi ke Rusia, Jepang Kini Targetkan Lembaga Keuangan

Sebelumnya, Kementerian ESDM memperkirakan tren kenaikan harga akan semakin meningkat setelah konflik terbaru Rusia dan Ukraina hari ini.

"Hari ini sebagaimana diketahui, konflik Rusia dan Ukraina, dan terjadi di tengah pandemi Covid, semakin membuat tren harga minyak yang sudah meningkat, akan semakin meningkat, " ungkap Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Agung Pribadi dalam keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Jumat (25/2).

Fahmy mengungkapkan, Pemerintah tidak cukup hanya memantau perkembangan, tetapi harus mengantisipasi dan membuat proyeksi harga minyak yang menjadi dasar dalam mengambil keputusan terkait harga BBM di dalam negeri.

Baca Juga: Serang Ukraina, Jepang Perluas Sanksi Ekonomi Terhadap Rusia

"Kalau harga BBM tidak dinaikkan,  Pertamina harus menjual BBM di bawah harga keekonomian, yang berpotensi menanggung beban kerugian," jelas Fahmy.

Fahmy menambahkan, jika kemudian harga tetap ditahan maka beban kerugian Pertamina akan diganti Pemerintah dalam bentuk dana kompensasi. Strategi ini dinilai bakal memberatkan APBN.

Untuk itu, Fahmy mengusulkan agar pemerintah mengkaji harga BBM.

Ada tiga opsi yang diusulkan yakni menaikkan harga Pertamax sesuai harga pasar, menghapus Premium yang menjadi produk subsidi tertinggi serta tidak menaikkan harga Pertalite namun mengalihkan subsidi Premium ke Pertalite.

Baca Juga: Mengukur Efek Perang Rusia-Ukraina Terhadap Sektor Energi Indonesia

"Kenaikan harga Pertalite akan punya dampak domino menaikkan inflasi dan menurunkan daya beli masyarakat. Pasalnya, konsumsi Pertalite mencapai 63%," kata Fahmy.

Fahmy menambahkan, pemerintah perlu melakukan penyesuaian ICP secara proporsional yang disesuaikan dengan perkembangan harga minyak dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

×