kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Mengukur Efek Perang Rusia-Ukraina Terhadap Sektor Energi Indonesia


Jumat, 25 Februari 2022 / 08:05 WIB
Mengukur Efek Perang Rusia-Ukraina Terhadap Sektor Energi Indonesia

Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perang yang terjadi antara Rusia-Ukraina berpotensi turut memberi dampak pada sektor energi Indonesia. Buktinya, akibat perang di kawasan Eropa Timur itu, harga minyak mentah acuan sudah melonjak tajam.

Kamis (24/2), harga minyak mentah jenis Brent tercatat menembus ke level US$ 100 per barel atau berada di posisi tertinggi sejak 2014. Sementara itu, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) juga tinggal selangkah lagi menyentuh posisi US$ 100 per barel.

Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Rinto Pudyantoro mengungkapkan, kenaikan harga minyak berpotensi mendorong investasi.

"Akan mendorong perusahaan minyak lebih aktif berinvestasi," kata Rinto ketika dihubungi Kontan.co.id, Kamis (24/2).

Baca Juga: Mengukur Efek Perang Rusia-Ukraina Terhadap Ekonomi Indonesia

Kendati demikian, Rinto memastikan dampaknya tidak mungkin langsung terasa khususnya bagi kegiatan produksi migas.

Senada, Direktur Eksekutif Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal mengungkapkan kenaikan yang terjadi saat ini umumnya bersifat sementara. Untuk itu para investor cenderung belum akan mengambil sikap.

"Sedangkan mayoritas investasi di industri migas itu sifatnya jangka panjang seperti eksplorasi, program Enchanced Oil Recovery (EOR)," jelas Moshe.

Lebih lanjut dia bilang, kenaikan investasi berpotensi mendorong pendapatan negara dari penjualan migas. Kendati demikian, industri migas juga dibayangi kenaikan nilai impor minyak dan BBM.

Moshe mencontohkan, ada potensi peningkatan subsidi oleh pemerintah jika harga minyak terus meningkat.  

"Kenaikan harga juga bisa nantinya dirasakan oleh masyarakat dan industri yang membeli BBM, subsidi dari pemerintah dan Pertamina akan meningkat bila mempertahankan harga BBM yang sama," kata Moshe.

Baca Juga: Pelemahan Rupiah Masih Terukur Meski Rusia dan Ukraina Perang

Sebelumnya, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengungkapkan, pemerintah masih mencermati lebih jauh potensi efek domino dari ketegangan Rusia-Ukraina.

"Yang bisa berdampak (ke Indonesia) jika ini berdampak ke Timur Tengah misalnya Saudi Arabia, ke Afrika. Nah itu ada dampak ke suplai di kita. jadi itu yang perlu kita cermati," ungkap Tutuka, Senin (21/2).

Tutuka pun memastikan pihaknya telah melakukan identifikasi untuk fasilitas industri migas dalam negeri yang bisa dijadikan cadangan operasional.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

×