kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.282.000   -45.000   -1,93%
  • USD/IDR 16.624   -5,00   -0,03%
  • IDX 8.093   -24,52   -0,30%
  • KOMPAS100 1.125   -4,40   -0,39%
  • LQ45 823   -1,92   -0,23%
  • ISSI 283   -0,49   -0,17%
  • IDX30 433   -0,40   -0,09%
  • IDXHIDIV20 498   -2,95   -0,59%
  • IDX80 126   0,00   0,00%
  • IDXV30 136   -0,02   -0,01%
  • IDXQ30 139   -0,09   -0,06%

Ini Pengaruh Perang Dagang China-AS pada Uang Asing di Pasar Modal RI


Selasa, 28 Oktober 2025 / 02:40 WIB
Ini Pengaruh Perang Dagang China-AS pada Uang Asing di Pasar Modal RI
ILUSTRASI. Prospek masuknya aliran modal asing ke pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih terbuka lebar di sisa Kuartal IV tahun 2025 ini. KONTAN/Cheppy A. Muchlis

Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Prospek masuknya aliran modal asing ke pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih terbuka lebar di sisa Kuartal IV tahun 2025 ini. Namun, investor global tetap pasang kuda-kuda dan sangat berhati-hati terhadap berbagai gejolak eksternal yang terjadi.

Chief Economist Bank Central Asia (BCA), David Sumual, melihat adanya perbedaan tren di pasar. Untuk pasar surat utang atau bonds market, aliran modal asing justru cenderung keluar (outflow) sejak September lalu dan masih berlanjut. Meski begitu, David berharap tekanan ini segera mereda karena nilai outflow yang keluar sudah tergolong besar.

"Ini yang saya pikir agak mengkhawatirkan dari obligasi, untuk bonds ini mereka melihat kecenderungan BI rate turun, dan mereka juga wait and see kebijakan fiskal pemerintah," jelas David kepada KONTAN, Minggu (27/10).

David mencatat, penurunan arus modal asing (inflow) di pasar obligasi cukup signifikan sejak awal tahun. Angkanya melorot dari sekitar Rp 73 triliun pada April–Mei, namun kini, hingga 23 Oktober 2025, angka tersebut menyusut drastis menjadi hanya sekitar Rp 8,58 triliun, berdasarkan data Bank Indonesia.

Menurutnya, para pemain pasar saat ini sedang menunggu kejelasan arah kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI Rate) dan kebijakan fiskal dari pemerintah.

Baca Juga: BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi RI 2025 Bisa Tembus 5,4%, Cek Faktor Pendorongnya

“Investor bonds melihat kecenderungan BI rate turun, tapi mereka masih wait and see terhadap kebijakan fiskal pemerintah,” tambahnya.

Sementara itu, di pasar saham (equity market), meskipun belakangan ini juga cenderung outflow, David melihat adanya peluang besar masuknya kembali dana asing. Alasannya, valuasi sejumlah saham di pasar modal Indonesia sudah tergolong murah (oversold).

"Kita berharapnya itu dari sisi equity. Jadi kita melihat mungkin fund-fund (dana investasi) yang melihat perusahaan dari sisi fundamentalnya bagus, mereka mulai masuk juga," terang David.

Namun, David mengingatkan bahwa pasar global masih diselimuti ketidakpastian besar, terutama terkait memanasnya tensi dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.

“Pasar masih wait and see kebijakan trade war dari Trump. Tanggal 1–2 November nanti itu juga ditunggu pasar, apakah AS akan menerapkan penambahan tarif lagi kalau China tidak setuju dengan negosiasi,” ujarnya.

Baca Juga: Rupiah Rp 16.600: BI Catat Capital Outflow Rp 940 M di Tengah Penguatan Dolar AS

Meskipun demikian, David memprediksi dampak kebijakan perang dagang itu terhadap pasar keuangan Indonesia tidak akan terlalu besar, sebab sebagian besar dampaknya sudah diantisipasi oleh pasar.

Selain faktor eksternal tersebut, David memperkirakan potensi penurunan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) yang akan diputuskan pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) tanggal 28-29 Oktober mendatang juga dapat menjadi katalis positif yang manis bagi aliran dana asing ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.

“Biasanya kalau The Fed turunkan bunga, emerging market jadi lebih menarik,” ujar David.

Ia juga memprediksi, nilai tukar rupiah akan cenderung stabil pada kisaran Rp 16.600–Rp 16.800 per dolar AS hingga akhir tahun, yang tentu saja akan mendukung membaiknya iklim investasi.

Tonton: BREAKING NEWS! UPDATE Kondisi Terkini Ekonomi Indonesia dan Arah Kebijakan Moneter Bank Indonesia

Sentimen positif yang akan mendorong penguatan rupiah ini, menurut David, antara lain penerbitan Dim Sum Bond pada Kuartal IV-2025, serta realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) atau Foreign Direct Investment (FDI).

Selanjutnya: Intip Portofolio Baru Warren Buffett: Inilah 10 Saham Murah yang Dia Angkut

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag

TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

×