Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Meskipun demikian, David memprediksi dampak kebijakan perang dagang itu terhadap pasar keuangan Indonesia tidak akan terlalu besar, sebab sebagian besar dampaknya sudah diantisipasi oleh pasar.
Selain faktor eksternal tersebut, David memperkirakan potensi penurunan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) yang akan diputuskan pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) tanggal 28-29 Oktober mendatang juga dapat menjadi katalis positif yang manis bagi aliran dana asing ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
“Biasanya kalau The Fed turunkan bunga, emerging market jadi lebih menarik,” ujar David.
Ia juga memprediksi, nilai tukar rupiah akan cenderung stabil pada kisaran Rp 16.600–Rp 16.800 per dolar AS hingga akhir tahun, yang tentu saja akan mendukung membaiknya iklim investasi.
Tonton: BREAKING NEWS! UPDATE Kondisi Terkini Ekonomi Indonesia dan Arah Kebijakan Moneter Bank Indonesia
Sentimen positif yang akan mendorong penguatan rupiah ini, menurut David, antara lain penerbitan Dim Sum Bond pada Kuartal IV-2025, serta realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) atau Foreign Direct Investment (FDI).
Selanjutnya: Intip Portofolio Baru Warren Buffett: Inilah 10 Saham Murah yang Dia Angkut
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


/2025/07/30/184185430.jpg) 
  
  
  
  
  
  
 











