Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
Insentif dan Investasi
Ekosistem KBLBB memang bakal menarik investasi berskala besar. Terintegrasi dari hulu hingga ke hilir, BUMN pun membentuk Indonesia Battery Holding yang terdiri dari holding tambang MIND ID, PT Aneka Tambang Tbk (Antam), PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero).
Kontan.co.id sebelumnya memberitakan, Deputi Deregulasi Penanaman Modal Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Yuliot menyampaikan bahwa untuk mencapai target sesuai outlook, diperlukan investasi yang membawa modal besar ke dalam negeri. Salah satunya, industri mobil listrik.
“Industri mobil listrik ini dari hulu ke hilir, sehingga menciptakan nilai tambah di dalam negeri. Ya cukup mendukung karena sumber bahan baku pemenuhan industri ini kita punya dari sisi permesinan, baterai, hingga bahan mobil,” kata Yuliot kepada Kontan.co.id, Kamis (14/1).
Dia menyebut, geliat investor asing untuk menanamkan modal mulai bermunculan setelah Hyundai Motor meralisasikan investasinya sebesar US$ 1,55 miliar dollar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 21 triliun. Catatan BKPM, nilai investasi itu direalisasikan dalam dua tahap.
Sementara itu, LG Energy Solution Ltd yang bekerja sama dengan konsorsium BUMN juga berencana akan merealisasikan investasi sebesar US$ 9,8 miliar, atau sekitar Rp 142 triliun. Adapun Kepala BKPM Bahlil Lahadalia telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan LG Energy Solution di Seoul, Korea Selatan pada tanggal 18 Desember 2020 lalu.
Melihat adanya dukungan regulasi, khususnya dari Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 dan turunannya, serta minat investasi yang tinggi dari dalam dan luar negeri, Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) yakin ekosistem EV akan terbentuk dengan baik.
"Melihat semua progres tersebut, prospek pengembangan kendaraan listrik akan sangat baik di Indonesia," ungkap Ketua Umum MKI Wiluyo Kusdwihato kepada Kontan.co.id, Selasa (19/1).
Menurutnya, kendala terbesar saat ini adalah masih mahalnya harga EV itu sendiri. "Namun kita jangan terjebak di situ. Pengembangan EV juga bisa dimulai dari transportasi publik," sambung Wiluyo.
Terpisah, Menteri ESDM Arifin Tasrif juga mengakui bahwa untuk mempercepat pengembangan kendaraan listrik, pemberian insentif memang diperlukan. Dia bilang, saat ini pemerintah sedang membahas sejumlah insentif, termasuk dari sisi perpajakan.
"Memang diperlukan beberapa insentif, antara lain terkait dengan perpajakan, kemudian juga nanti prioritas di jalan. Kita juga sedang mengkaji, pergantian motor konvensional menjadi baterai listrik," jels Arifin.
Komisi VII DPR RI pun mendorong pemerintah agar menerbitkan kebijakan yang dapat memperlancar pengembangan kendaraan listrik, termasuk untuk pembangunan pabrik EV battery. Tak hanya bagi ketahanan energi, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Ramson Siagian menegaskan bahwa EV perlu didorong untuk mengurangi pencemaran lingkungan dari kendaraan.
"Artinya kalau kendaraan ini makin banyak (EV), berarti kan bekurang polusinya. Jadi ini suatu kebijakan yang perlu didorong. Sangat bagus, artinya tolong diberikan dukungan sepenuhnya," pungkas Ramson.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News