Sumber: Al Jazeera | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Gubernur Federal Reserve alias The Fed Jerome Powell mengatakan pada Senin (22 Maret), publik perlu memahami risiko di balik Bitcoin dan cryptocurrency lainnya.
Pernyataan Powel tersebut keluar bahkan ketika bank sentral Amerika Serikat sedang mempelajari potensi biaya dan manfaat dari dollar AS digital.
Powell bilang, The Fed lebih suka menyebut kripto sebagai "aset kripto," karena volatilitasnya merusak kemampuan untuk menyimpan nilai, fungsi dasar dari sebuah mata uang.
"Mereka sangat tidak stabil, lihat Bitcoin, dan karena itu tidak terlalu berguna sebagai penyimpan nilai," kata Powell dalam sambutannya di pertemuan puncak virtual yang digelar Bank for International Settlements.
Baca Juga: Soal bitcoin, Bill Gates ingatkan sebaiknya jadi penonton bila tak setajir bos Tesla
“Mereka lebih merupakan aset untuk spekulasi. Jadi, mereka juga tidak terlalu digunakan sebagai alat pembayaran. Ini pada dasarnya adalah pengganti emas, bukan dollar," ujar dia, seperti dikutip Al Jazeera.
Bitcoin telah melonjak hampir sepuluh kali lipat dibandingkan dengan tahun lalu, melayang di kisaran US$ 57.000 pada Senin. Angka itu naik dari US$ 5.830 pada Maret 2020.
Meneliti potensi mata uang digital
Mata uang kripto sering dilihat sebagai lindung nilai terhadap inflasi. Dan, kekhawatiran inflasi meningkat karena The Fed telah mempertahankan suku bunga acuan jangka pendek yang dipatok mendekati nol selama setahun terakhir.
The Fed juga menyuntikkan hingga US$ 120 miliar ke dalam sistem perbankan setiap bulan dengan membeli US Treasurys dan surat utang sekuritas berbasis mortgage.
Baca Juga: Gubernur BI ingatkan bitcoin bukan alat pembayaran yang sah di Indonesia