kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

WHO Sebut Kasus Covid-19 Saat Ini Hanyalah Puncak Gunung Es, Ini Alasannya


Kamis, 17 Maret 2022 / 23:05 WIB
WHO Sebut Kasus Covid-19 Saat Ini Hanyalah Puncak Gunung Es, Ini Alasannya

Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Angka-angka yang menunjukkan peningkatan kasus Covid-19 global bisa menjadi masalah yang jauh lebih besar karena beberapa negara  melaporkan penurunan tingkat pengujian, WHO memperingatkan negara-negara untuk tetap waspada terhadap virus corona baru.

Setelah lebih dari sebulan menurun, kasus Covid-19 mulai meningkat di seluruh dunia pekan lalu. WHO mengatakan, kombinasi beberapa faktor menyebabkan peningkatan, termasuk varian Omicron yang sangat menular dan subvariannya BA.2 serta pencabutan pembatasan kegiatan masyarakat.

"Peningkatan (kasus) ini terjadi meskipun ada pengurangan pengujian di beberapa negara. Yang berarti, kasus yang kami lihat hanyalah puncak gunung es," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus kepada wartawan, Rabu (16/3), seperti dikutip Reuters.

Tingkat vaksinasi Covid-19 yang rendah di beberapa negara, sebagian didorong oleh "sejumlah besar informasi yang salah", juga menjadi kenaikan kasus Covid-19 global.

Baca Juga: Tren Penurunan sejak Januari Terhenti, Kasus Covid-19 Global Kembali Naik

Kasus Covid-19 global sepanjang pekan lalu melonjak 8% dibandingkan dengan minggu sebelumnya, dengan mencatat 11 juta kasus baru. Ini merupakan kenaikan kasus pertama sejak akhir Januari lalu.

Lompatan terbesar terjadi di wilayah Pasifik Barat, yang mencakup Korea Selatan dan China, dengan kasus Covid-19 meningkat 25% dan kematian melonjak 27%.

Sejumlah ahli telah menyuarakan kekhawatiran terhadap Eropa akan menghadapi gelombang baru virus corona lain, dengan kasus meningkat sejak awal Maret lalu di Austria, Jerman, Swiss, Belanda, dan Inggris.

BA.2 menjadi varian yang paling menular

Maria Van Kerkhove, Kepala Teknis Covid-19 WHO, menyebutkan, BA.2 tampaknya menjadi varian yang paling menular sejauh ini.

Namun, tidak ada tanda-tanda BA.2 menyebabkan penyakit yang lebih parah, dan tidak ada bukti varian baru virus corona lainnya mendorong peningkatan kasus.

Baca Juga: 5 Negara dengan Kematian Tertinggi Akibat Covid-19 di Dunia, Ada Indonesia

Gambaran di Eropa juga tidak universal. Denmark, misalnya, mengalami puncak singkat dalam kasus pada paruh pertama Februari, didorong oleh BA.2, yang dengan cepat mereda.

Tetapi, para ahli mulai memperingatkan Amerika Serikat bisa segera mengalami gelombang serupa dengan yang terlihat di Eropa, yang berpotensi didorong oleh BA.2, seiring pelonggaran pembatasan kegiatan masyarakat.

"Saya setuju dengan pelonggaran pembatasan, karena Anda tidak bisa menganggapnya sebagai keadaan darurat setelah dua tahun," kata Antonella Viola, profesor imunologi di Universitas Padua, Italia.

“Kita hanya harus menghindari pemikiran bahwa Covid-19 sudah tidak ada lagi. Oleh karena itu, kita harus menjaga langkah-langkah yang sangat diperlukan," ujarnya.

"Yang pada dasarnya adalah pemantauan dan pelacakan kasus secara terus menerus, dan menjaga kewajiban memakai masker di tempat tertutup atau sangat ramai," imbuh dia kepada Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×