Sumber: Express.co.uk,Daily Mail | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Di luar dugaan, Presiden Rusia Vladimir Putin mempercepat undang-undang baru melalui parlemen yang akan menjadikannya senator seumur hidup ketika dia meninggalkan jabatannya.
Melansir Express.co.uk, Rancangan Undang-Undang tak terduga yang diperkenalkan oleh Putin juga akan menjamin kekebalan hukum dan tunjangan negara selama sisa hidupnya.
Pria berusia 68 tahun itu sudah menjadi pemimpin terlama dalam sejarah Rusia modern sejak diktator Soviet Josef Stalin.
Menurut stasiun TV milik pemerintah Rusia RT, yang sebelumnya dikenal sebagai Russia Today, undang-undang baru tersebut adalah batu loncatan pertama bagi seorang pemimpin baru untuk dilantik.
RT menggambarkan undang-undang tersebut sebagai tanda bahwa fondasi sedang diletakkan untuk transisi kekuasaan yang pada akhirnya akan terjadi di Rusia.
Baca Juga: Putin: Rusia lakukan segala daya untuk akhiri konflik Armenia-Azerbaijan
Putin dan mantan pemimpin Rusia lainnya akan diizinkan menjadi anggota Dewan Federasi dalam waktu tiga bulan setelah akhir masa jabatan mereka.
Informasi saja, Dewan Federasi setara dengan House of Lords di Inggris.
Salah satu sumber Express.co.uk di Moskow mengatakan: "Ini adalah Rusia yang meniru sistem kehidupan Inggris yang sudah ketinggalan zaman di House of Lords."
Baca Juga: Vladimir Putin: Kami akan bekerja dengan Pemerintahan AS mana pun
Proposal dramatis ini diajukan selang beberapa bulan setelah perubahan radikal dilakukan pada konstitusi Rusia.
Pada bulan Juli, rakyat Rusia mendukung pengesahan baru yang bisa mengakibatkan Putin menjalani dua masa jabatan lagi.
Selama 20 tahun terakhir, Putin telah menjabat sebagai Presiden untuk 16 tahun dan akan mengakhiri pemerintahannya pada tahun 2024.
Tetapi reformasi baru sekarang berarti mantan agen KGB Rusia itu bisa berkuasa selama 16 tahun lagi.
Konstitusi akan memungkinkan batas masa jabatan Putin disetel ulang menjadi nol pada tahun 2024 dan mengizinkannya untuk mengajukan masa jabatan enam tahun baru pada tahun 2024, dan sekali lagi pada tahun 2030.
Baca Juga: Curhatan Vladimir Putin soal hambatan dalam produksi vaksin Covid-19 Rusia
Pada pemilu 2036, Presiden Rusia akan berusia 83 tahun.
Selama pemungutan suara publik selama musim panas, delapan dari sepuluh orang Rusia mendukung langkah tersebut.
Komisi Pemilihan mengatakan 77,9% warga Rusia memilih paket reformasi dan 21,3% menentangnya.
Baca Juga: Putin: Kami akan menerima keputusan apa pun dari rakyat Amerika
Daily Mail memberitakan, Sergey Shpilkin, seorang peneliti pemilu independen terkemuka di Rusia memperkirakan bahwa sebanyak 20 juta surat suara pada pemilu yang dilaksanakan Rabu (1/7/2020) dipalsukan demi kemenangan Vladimir Putin. Selama pemilu kepresidenan terakhir, dia memperkirakan sebanyak 10 juta pemilih adalah palsu.
"Amendemen Konstitusi mulai berlaku. Amendemen ini berlaku tanpa melebih-lebihkannya atas kehendak rakyat," kata Vladimir Putin sebagaimana dilansir Daily Mail .
"Kita telah melakukan keputusan ini bersama, sebagai sebuah negara," ujar Vladimir Putin.
Tak hanya memperpanjang 'cengkraman' Vladimir Putin di Rusia, perubahan Konstitusi itu juga akan melarang pernikahan sesama jenis dengan landasan 'iman kepada Tuhan adalah nilai inti' dalam masyarakat Rusia.
Konstitusi baru akan menekankan pada pentingnya UU Rusia di atas UU Internasional. Vladimir Putin mengusulkan perubahan Konstitusi sejak Januari dan bersikeras merasa layak untuk menjabat lagi serta meminta pemilu terkait hal tersebut.
Baca Juga: Kasus corona melonjak, Putin: Kami tidak berencana melakukan penguncian nasional
Sebelum pemungutan suara, Putin tetap enggan berbicara mengenai rencana pengajuan kembali dirinya sebagai pemimpin.
“Saya tidak mengesampingkan kemungkinan mencalonkan diri, jika ini muncul dalam konstitusi. Kita lihat saja nanti. Saya belum memutuskan apa pun untuk diri saya sendiri," jelasnya seperti yang dilansir Express.co.uk.
Selanjutnya: Yars, rudal balistik nuklir Rusia yang mampu tembus sistem pertahanan apa pun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News