kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sudah tahu soal obat Covid-19 Molnupiravir? Ini penjelasannya


Selasa, 16 November 2021 / 10:28 WIB
Sudah tahu soal obat Covid-19 Molnupiravir? Ini penjelasannya
ILUSTRASI. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin berencana mendatangkan obat Covid-19 Molnupiravir. KONTAN/Muradi

Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin berencana mendatangkan obat Covid-19 Molnupiravir. Langkah ini diambil sebagai langkah antisipasi lonjakan kasus Covid-19 di akhir tahun.

Sebelumnya, Badan Pengatur Obat dan Produk Kesehatan Inggris (MHRA) telah menyetujui penggunaan obat molnupiravir buatan Merck, Sharp & Dohme (MSD) pada Kamis (4/11/2021). 

Sementara saat ini, Budi mengatakan obat tersebut masih menunggu izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Amerika Serikat. 

"Molnupiravir diharapkan akhir tahun bisa tiba di Indonesia, dan kita siap menggunakannya untuk tahun depan," kata Budi dalam konferensi pers secara virtual soal evaluasi PPKM, Senin (15/11/2021). 

Sebelumnya diberitakan, Indonesia akan membeli 600.000 hingga 1 juta pil Molnupiravir buatan Merck yang diklaim sebagai obat Covid-19. 

Baca Juga: Kosmetik ini berbahaya karena mengandung merkuri, simak dampaknya jika digunakan

Budi mengatakan, saat melakukan kunjungan ke Amerika Serikat beberapa waktu, ia sudah melakukan kerja sama dengan pihak Merck. 

Apa itu obat molnupiravir? 

Dijelaskan Guru Besar Fakultas Farmasi UGM, Prof. Dr. Zullies Ikawati, Apt, obat molnupiravir adalah obat oral antivirus atau obat antivirus yang diminum. 

"Molnupiravir obat antivirus yang dulunya dikembangkan oleh Emory University. Itu mereka sebetulnya mau mencari obat untuk ensefalitis virus (kondisi peradangan otak yang disebabkan virus, red)," jelas Zullies kepada Kompas.com, Selasa (5/10/2021). 

Ia melanjutkan, ketika obat ini dikembangkan, kemudian pandemi Covid-19 menyelimuti seluruh dunia, maka akhirnya, obat yang tadinya dikembangkan untuk obat ensefalitis itu diramu lagi untuk diujikan ke virus corona SARS-CoV-2, penyebab Covid-19. 

Baca Juga: Ini alasan mengapa anak-anak yang lebih muda perlu mendapatkan vaksin Covid-19

Selain Emory University, perusahaan farmasi Merck, Sharp & Dohme (MSD) dan Ridgeback Biotherapeutics juga terlibat dalam pengembangan obat molnupiravir. Mulai dari awal, hingga uji klinis 1, 2, dan 3. 

"Kemudian diujikan ke Sars-CoV-2 dan ada potensi secara in vitro dan in vivo," ungkap Zullies.

Cara kerja molnupiravir 

Melansir Science Focus, molnupiravir bekerja dengan mengganggu reproduksi virus. Begitu virus masuk ke dalam sel-sel tubuh, ia mereplikasi genomnya, yang tidak terbuat dari DNA tetapi RNA (asam ribonukleat). 

Genom yang direplikasi ini kemudian dibentuk menjadi partikel virus lengkap yang keluar dari sel dan terus menyebar ke seluruh tubuh. Namun, molekul molnupiravir diserap oleh sel yang terinfeksi virus, di mana mereka diubah menjadi versi cacat dari blok bangunan RNA. 

Jadi, ketika virus mencoba untuk bereplikasi, partikel virus yang dihasilkan memiliki materi genetik yang rusak dan tidak dapat lagi bereproduksi. Ini berarti viral load tetap rendah, sehingga mengurangi risiko penyakit serius. 

Baca Juga: Uni Eropa: Masker pencegah Covid-19 tidak memicu kanker, tetap gunakan dengan tertib

Karena molnupiravir menargetkan RNA yang digunakan SARS-CoV-2 sebagai bahan penyusunnya, molnupiravir harus sama efektifnya terhadap semua varian virus corona. 

Meski demikian, Prof Penny Ward, Profesor Tamu di Kedokteran Farmasi di King's College London mengungkap, mekanisme aksi molnupiravir memiliki beberapa keterbatasan dan obat ini tidak dapat diberikan kepada wanita hamil, karena berisiko menyebabkan gangguan perkembangan pada janin yang belum lahir. 

Efektif diminum di tahap awal infeksi Covid-19 

Obat Covid molnupiravir ini terbukti dapat mengurangi risiko rawat inap dan kematian akibat Covid-19, yakni pada orang dengan Covid-19 ringan hingga sedang yang berisiko lebih tinggi terkena penyakit parah. 

Dalam pemberitaan Kompas.com sebelumnya, disebutkan bahwa hasil uji klinis pil molnupiravir Merck ini paling efektif apabila diminum saat tahap awal infeksi. MHRA juga menyarankan agar obat Covid-19 ini digunakan dalam waktu lima hari sejak timbul gejala Covid-19. 

Pil Covid Merck molnupiravir sudah diizinkan digunakan pada orang yang setidaknya memiliki satu faktor risiko untuk mengembangkan penyakit parah dari Covid-19, seperti orang-orang rentan Covid-19 dengan kondisi obesitas, usia lanjut, diabetes dan penyakit jantung.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Obat Covid Molnupiravir, yang Disebut Menkes Budi Akan Digunakan Tahun Depan"
Penulis : Bestari Kumala Dewi
Editor : Bestari Kumala Dewi

Selanjutnya: Mengenal 10 Vaksin Covid-19 di Indonesia dan efek sampingnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×