Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli
Di sisi lain pemerintah akan terus mewaspadai ketidakpastian di pasar keuangan global yang menyebabkan kenaikan surat utang pemerintah AS atau yield US Treasury tenor 10 tahun yang juga memengaruhi kenaikan yield SBN.
“Hari ini saya akan melihat beberapa risiko yang harus dihadapi fiskal size terutama sebab kenaikan defisit timbulkan kenaikan jumlah utang pemerintah, kenaikan ini harus diwaspadai terutama dikaitkan dengan tren kenaikan suku bunga yang terjadi di AS, meski kita lihat kenaikan yeild 10 tahun AS menedekati 70% dalam 3 bulan terakhir. SBN kita kenaikan relatif modest sisi yield, ini tunjukan resilensi dan hasil yang baik,” kata dia.
Sri Mulyani tak menampik bahwa kenaikan beban utang imbas dari melebarnya defisit anggaran akibat covid-19 dapat memengaruhi outlook APBN ke depan. Dengan demikian pemerintah akan mencari keseimbangan antara APBN dan upaya pemerintah untuk terus memulihkan ekonomi.
Baca Juga: Ini yang dikhawatirkan Sri Mulyani terkait taper tantrum
Di samping itu, pemerintah akan terus berkomitmen untuk penanganan Covid-19 dan mengakselerasi pemulihan ekonomi. Pertama dengan mendukung kebutuhan anggaran vaksinasi, kedua melanjutkan program pemulihan ekonomi, ketiga perlu realisasi dan refocusing untuk mendukung program vaksinasi dan PEN. Terakhir pemerintah akan menjaga momentum untuk memulai reformasi.
“Ini harus dilakukan hati-hati, arah APBN kita ke depan harus dijaga dan bangun hal hal yang sifatnya membangun fundamental penting bagi perekonomian kita, Tahun 2021 dan 2022 arahnya reformasi dan pemulihan selalu ada dua hal yang sama. Tahun 2021 dan 2022 kita akan tetap fokus pembangunan Sumber Daya Manusia, membangun infrastruktur, perbaikan birokrasi penyederhanaan birokrasi dan transformasi ekonomi," ucap Sri Mulyani.
Selanjutnya: Sri Mulyani beberkan dampak kenaikan kasus Covid-19 terhadap ekonomi Indonesia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News