Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para produsen minyak goreng cukup diuntungkan dengan adanya tren kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO) selaku bahan baku pembuatan produk tersebut. Lantas, bagaimana persaingan bisnis minyak goreng pada saat ini?
Berdasarkan berita sebelumnya, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menyebut saat ini pasar minyak goreng di Indonesia terkonsentrasi pada empat perusahaan besar saja dengan pangsa pasar mencapai 46,5%. Sayangnya, KPPU tidak menyebut secara rinci nama-nama perusahaan besar tersebut.
Dalam catatan Kontan, terdapat beberapa perusahaan besar yang produk minyak gorengnya cukup familiar di pasar. Di antaranya, ada Grup Wilmar yang memiliki produk minyak goreng merek Sania, Siip, Sovia, Mahkota, Ol’eis, Bukit Zaitun, Goldie, Fortune, dan Camilla.
Wilmar memproduksi minyak goreng dari perkebunan sawitnya sendiri. Perusahaan yang berkantor pusat di Singapura ini memiliki luas lahan sawit mencapai 232.053 hektare (Ha) per 31 Desember 2020, yang mana 65% di antaranya berada di Indonesia, tepatnya di Sumatera, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah. Sisanya sebanyak 26% berada di Sabah dan Serawak, Malaysia, serta 9% di Afrika.
Baca Juga: KPPU: 4 Produsen Minyak Goreng Dominasi 46,5% Pasar Minyak Goreng Indonesia
Wilmar juga memiliki 140 pabrik terkait pengolahan kelapa sawit di 10 lokasi Indonesia, seperti Sumatera dan Kalimantan.
Kemudian, terdapat Grup Sinar Mas yang memiliki lini bisnis agribisnis dan pangan melalui Golden Agri-Resources Ltd (GAR) yang tercatat di Bursa Efek Singapura sejak 1999. Perusahaan ini memiliki salah satu anak usaha di Indonesia yaitu PT Sinar Mas Agro Resources & Technology Tbk (SMAR) yang memproduksi beberapa minyak goreng seperti Filma, Kunci Mas, Mitra, dan Palmvita.
Minyak goreng tersebut dihasilkan dari perkebunan sawit milik Sinar Mas yang luasnya mencapai 137.600 Ha di Indonesia. Dari situ, sawit yang dipanen kemudian diproses di 4 pabrik rafinasi Sinar Mas dengan total kapasitas 2,88 juta ton per tahun sebelum akhirnya menjadi produk minyak goreng.
Berikutnya, terdapat Grup Indofood yang dimiliki oleh Keluarga Salim. Indofood menjalankan bisnis perkebunan melalui Indofood Agri Resources Ltd yang memiliki anak usaha di Indonesia yaitu PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP). SIMP juga menjadi pemilik saham pengendali PT London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP). Dari bisnis perkebunan ini, Indofood dapat memproduksi beberapa merek minyak goreng seperti Bimoli, Delima, dan Happy.