kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.935   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Sejumlah pekerjaan rumah menanti SKK Migas di tahun ini


Senin, 04 Januari 2021 / 06:35 WIB
Sejumlah pekerjaan rumah menanti SKK Migas di tahun ini

Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memiliki sejumlah tugas yang menanti ditahun ini. Salah satunya yakni laju penurunan alamiah dua blok migas yakni Blok Cepu dan Blok Mahakam.

Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno bilang pada tahun ini direncanakan Blok Cepu yang dikelola ExxonMobil Cepu Limited (ECML) berpotensi mengalami penurunan usai memasuki puncak produksi tahun ini. 

"Blok Cepu rencana tahun 2021, memang puncaknya yang saat ini produksi di atas 228 ribu barel per hari (bph) bahkan sampai 230 ribu bph," ujar Julius dalam konferensi pers virtual, Kamis (31/12).

Kendati demikian, Julius menjelaskan kinerja Lapangan Banyu Urip sejauh ini menunjukan hasil di atas perencanaan.

Pasalnya jika merujuk dokumen Plan of Development (PoD) awal maka telah melampau jangka waktu plateu produksi yang semula diperkirakan 18 bulan. "Nyatanya sudah lima tahun lebih masih bisa perform, decline (pun) karena kondisi namun ada berita bagus karena meski pressure turun tapi belum ada water cut yang naik," jelas Julius.

Tak hanya itu, Blok Mahakam yang dikelola oleh Pertamina Hulu Mahakam juga berpotensi mengalami penurunan produksi di tahun ini. Julius menegaskan, meski berpotensi turun SKK Migas dan KKKS berupaya menjaga tingkatan produksi agar bisa tetap naik. "Tapi tentu saja dengan aktivitas agresif dan masif, disetujui pengembangan lapangan disana dengan lebih banyak sumur di bor tentu saja ada harapan naik lagi," kata Julius.

Baca Juga: SKK Migas prediksi Blok Cepu dan Blok Mahakam alami decline di tahun ini

Sejatinya kinerja Blok Mahakam sepanjang tahun 2020 tergolong positif. Dalam pemberitaan sebelumnya, General Manager PHM, Agus Amperianto membeberkan, dari sisi produksi, walaupun di tengah pandemi Covid-19 PHM tetap mampu memproduksi minyak dan gas di atas target. Produksi liquid (minyak dan kondensat) mencapai 29,4 kbpd dimana angka usulan work, plan and budget (WP&B) sebesar 28,4 kbpd (realisasi 24 Desember 2020).

Sementara produksi gas (wellhead) mencapai 605,5 mmscfd dimana angka usulan WP&B: 588 mmscfd (realisasi 24 Desember 2020). Dalam hal keselamatan kerja, di penghujung tahun 2020 ini PHM telah mencapai 923 hari, atau lebih dari 76 juta jam kerja manusia (manhours), tanpa kejadian yang menyebabkan kehilangan hari kerja atau tanpa LTI.

Dalam hal pengeboran sumur, PHM telah mengebor 79 sumur pengembangan (dari target 78 sumur dalam WP&B) Sementara itu, Julius melanjutkan kenaikan produksi diharapkan terjadi lewat proyek migas lainnya salah satunya Proyek Merakes oleh ENI Indonesia yang diharapkan onstream pada Semester I 2020. Selain dihadapkan pada kondisi penurunan produksi Blok Migas, SKK Migas kini tengah berfokus dalam proses transisi Blok Rokan.

Sebelumnya, PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) telah kembali memulai pengeboran di Rokan sebagai rangkaian transisi alih kelola ke Pertamina Hulu Rokan (PHR) pada Selasa (29/12) setelah memperoleh izin yang diperlukan.

Manager Corporate Communication Chevron Pacific Indonesia, Sonitha Poernomo bilang langkah ini sebagai komitmen Chevron dalam menjaga tingkatan produksi jelang alih kelola ke PT Pertamina pada Agustus 2021 mendatang. "Kami sangat mengapresiasi kepada semua pihak yang telah membantu. Ini merupakan bukti komitmen kami untuk menjaga tingkat produksi pada saat transisi dan masa-masa berikutnya yang tentu saja akan sangat bermanfaat baik bagi Pemerintah maupun operator berikutnya," ujar Soenitha kepada Kontan.co.id, Selasa (29/12).

Sebelumnya, pemerintah melalui Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan pengeboran kembali dapat dilakukan pada November lalu. Rencana ini kemudian mundur ke awal Desember dan pengeboran akhirnya baru terlaksana pada akhir Desember 2020.

Deputi Perencanaan SKK Migas Jaffee A. Suardin bilang dengan kondisi waktu yang terbatas, pihaknya bakal berusaha memaksimalkan investasi sebesar US$ 154 juta. Alih kelola ini sendiri akan terjadi pada Agustus tahun ini. "Setelah pindah ke Pertamina akan kita bor untuk capai 84 sumur. Kita sedang diskusi untuk capai itu dalam waktu yang singkat," kata Jaffee, Kamis (31/12).

Jaffe melanjutkan, selain alih kelola Rokan, saat ini SKK Migas juga masih mengawal kelanjutan Blok Sakakemang. Yang terbaru, Pemerintah telah menyetujui Plan of Developmemt (POD) Pertama Lapangan Kaliberau Wilayah Kerja (WK) Sakakemang yang dikelola oleh Repsol Indonesia pada 29 Desember 2020.

Baca Juga: Pemerintah setujui rencana pengembangan (PoD) pertama Blok Sakakemang

Adapun, persetujuan rencana pengembangan wilayah kerja tersebut, ditandatangani Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada Selasa, 29 Desember 2020. Jaffee mengungkapkan dengan disetujui PoD tahap I maka Blok Sakakemang diharapkan onstream pada Kuartal IV 2023 mendatang.

Asal tahu saja, Plan of Development I Lapangan Kaliberau, Blok Sakakemang disetujui dalam rangka untuk memproduksikan cadangan gas sebesar 445,10 BSCF (gross) hingga akhir economic limit pada tahun 2038 atau 287,70 BSCF (sales gas) dengan laju produksi gas puncak sebesar 85 MMSCFD dan kumulatif produksi kondensat sebesar 0,17 MMSTB dengan laju produksi puncak sebesar 34 BCPD.

Biaya investasi untuk pengembangan lapangan tersebut diperkirakan akan mencapai US$ 359 juta, yang akan digunakan untuk re-entry sumur KBD-2XST1 menjadi sumur produksi; drilling & completion 1 sumur infill sebagai sumur produksi, pembangunan wellpad facilities serta pembangunan sejumlah fasilitas pendukung produksi seperti flowline dari wellpad menuju eksisting Grissik Central Gas Plant (GCGP) di WK Corridor, melalui sebagian Right of Way (ROW) di WK Jambi Merang dan modifikasi peralatan eksisting dan pemasangan peralatan baru di GCGP.

Jaffee memastikan persetujuan PoD I Blok Sakakemang ini diharapkan mampu memberikan gambaran awal terkait besaran produksi disana. "Eksplorasi masih diteruskan di 2021 untuk melihat struktur awal dan produksi yang ada bisa dijadikan data awal untuk melihat yang lebih besar," kata Jaffee.

Nasib Masela dan IDD

Ditengah sejumlah tantangan yang ada, SKK Migas juga kini dihadapkan pada kelanjutan nasib Blok Masela dan Blok Indonesia Deep Water Development (IDD). Seperti diketahui, Royal Dutch Shell berencana melepaskan hak partisipasinya dari Blok Masela.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua SKK Migas Fatar Yani Abdurahman mengungkapkan Shell telah membuka data room untuk pencarian mitra pengganti. "Data room sudah buka, beberapa kandidat sudah minat. Kita tunggu saja," ungkap Fatar dalam kesempatan yang sama.

Sayangnya, Fatar masih belum mau merinci calon-calon mitra pengganti Shell.

Meski tengah disibukan mencari pengganti Shell, Fatar memastikan pelaksanaan proyek Blok Masela masih berjalan sesuai rencana. Yang terbaru, SKK Migas bersama INPEX Masela Ltd telah menyerahkan dokumen AMDAL ke Kementerian KLHK. "Ini (pencarian mitra) tidak akan mengganggu pengembangan Masela," tegas Fatar.

Fatar melanjutkan, PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) juga kini tengah merampungkan proses pencarian operator baru pasca tidak berniat melanjutkan pengembangan Blok IDD. "Ada kandidat ENI memang tapi mereka juga masih evaluasi. Jadi, ini masih masalah komersial. Semoga Januari ada jawaban," pungkas Fatar.

Selanjutnya: PHE West Madura Offshore tambah produksi 1.000 barel per hari

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×