Sumber: Channel News Asia,Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Rusia pada Kamis (22 April) melakukan latihan militer besar-besaran di Krimea yang melibatkan puluhan kapal perang, ratusan pesawat tempur, dan ribuan tentara.
Latihan itu berlangsung di tengah peningkatan pelanggaran gencatan senjata di Timur Ukraina dan penumpukan pasukan Rusia besar-besaran di perbatasan dengan Ukraina yang menimbulkan kekhawatiran negara-negara Barat.
Mengutip Channel News Asia, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, latihan militer di Krimea melibatkan lebih dari 60 kapal, lebih dari 10.000 tentara, sekitar 200 pesawat, dan tak kurang dari 1.200 kendaraan militer.
Latihan militer tersebut juga menampilkan pendaratan lebih dari 2.000 pasukan terjun payung dan 60 kendaraan militer pada Kamis. Ratusan jet tempur menutupi operasi udara.
Baca Juga: Ketegangan mereda, Rusia tarik pasukan dari perbatasan Ukraina mulai besok
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu terbang dengan helikopter di atas lapangan tembak Opuk di Krimea untuk mengawasi latihan militer itu.
Pekan lalu, Rusia mengumumkan akan menutup wilayah Laut Hitam dekat Krimea untuk kapal Angkatan Laut asing hingga November, sebuah langkah yang menarik protes Ukraina dan menimbulkan kekhawatiran Barat.
Rusia juga mengumumkan pembatasan penerbangan di dekat Krimea minggu ini sesuai hukum internasional.
Penumpukan pasukan di perbatasan
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba pada Selasa (20 April) memperingatkan, penumpukan Rusia di seberang perbatasan terus berlanjut.
Baca Juga: Siap perang dengan Rusia, Ukraina bakal panggil pasukan cadangan
Dia memperkirakan, "kekuatan gabungan Rusia akan mencapai lebih dari 120.000 tentara" dalam waktu sekitar satu minggu, dan mendesak Barat untuk meningkatkan sanksi terhadap Moskow.
Moskow telah menepis kekhawatiran Ukraina dan Barat tentang penumpukan itu, dengan alasan mereka bebas untuk mengerahkan pasukannya di mana saja di wilayah Rusia tapi tidak mengancam siapa pun.
Hanya di saat yang sama, Kremlin dengan tegas memperingatkan Ukraina agar tidak mencoba menggunakan kekuatan untuk merebut kembali kendali atas pemberontak di Timur. Rusia bisa ikut campur tangan untuk melindungi warga sipil di wilayah tersebut.
Di tengah ketegangan, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Rabu (21 April) menandatangani undang-undang yang memungkinkan panggilan pasukan cadangan untuk dinas militer tanpa mengumumkan mobilisasi.
Undang-undang baru itu akan memungkinkan Ukraina untuk segera melengkapi militernya dengan pasukan cadangan, "secara signifikan meningkatkan efektivitas tempur mereka selama agresi militer," kata Zelensky.
Selanjutnya: Masih bisa bertambah, Rusia kerahkan 120.000 tentara di perbatasan Ukraina
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News