kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ruang fiskal bisa tertekan tahun depan akibat bengkaknya beban utang


Rabu, 25 November 2020 / 05:45 WIB
Ruang fiskal bisa tertekan tahun depan akibat bengkaknya beban utang

Reporter: Venny Suryanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat realisasi pembiayaan utang hingga periode Oktober 2020 mencapai Rp 958,6 triliun. Kondisi ini mengkhawatirkan karena terjadi ketidakcocokan antara beban utang yang membengkak dengan penerimaan negara yang turun.

Terkait utang ini, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengatakan, jumlah ini setara dengan 78,5% dari pagu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam Perpres 72/2020 sebesar Rp 1.220,5 triliun.

“Realisasi ini mengalami peningkatan tajam hingga 143,8% apabila dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp 393,2 triliun,” kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KiTa, Senin (23/11).

Dalam membiayai defisit APBN 2020 yang ditargetkan pemerintah sekitar yakni 6,34% atau Rp 1.039,2 triliun terhadap PDB, pembiayaan utang ini mayoritas disokong oleh penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) neto dan pinjaman neto. 

Baca Juga: Investor khawatir bakal terjadi default di empat perusahaan BUMN China

Untuk penerbitan SBN neto sampai dengan 31 Oktober, realisasinya sebesar Rp 943,5 triliun dan realisasi pinjaman (neto) sebesar Rp 15,2 triliun.

“Realisasi pinjaman mengalami pertumbuhan negatif hingga 190,1% yoy jika dibandingkan tahun lalu. Sementara itu realisasi SBN neto kita tercatat tumbuh 130,1% yoy jika dibandingkan tahun lalu yang hanya Rp 410 triliun,” tambah Sri Mulyani.

Menurut Ekonom INDEF, Bhima Yudhistira memperkirakan realisasi pembiayaan utang akan mencapai 100% hingga akhir tahun 2020. “Bukan saja untuk menutup pembiayaan defisit 2020 tapi juga untuk frontloading kebutuhan belanja awal tahun 2021,” jelas Bhima kepada KONTAN, Selasa (24/11). 

Sehingga, Bhima juga memperkirakan bahwa pemerintah akan memanfaatkan besarnya dana asing yang masuk ke pasar negara berkembang pasca terpilihnya Joe Biden, Presiden Amerika Serikat (AS) untuk menerbitkan surat utang lebih banyak.

Hanya saja, yang masih menjadi perhatian khusus adalah situasi utang saat ini memiliki risiko “mismatch” antara kemampuan bayar dan jumlah beban utang. 

Baca Juga: Kontrak baru Waskita Karya (WSKT) baru capai Rp 15 triliun hingga Oktober 2020

Hal ini disebabkan karena outlook penerimaan pajak di Indonesia masih cukup rendah sementara utang justru naik pesat. Sehingga dalam kondisi ini akan menyebabkan tekanan pada ruang fiskal di tahun depan. 

Untuk itu, Bhima menilai bahwa pemerintah perlu memperhatikan tingkat DSR (debt to service ratio) dan efektivitas dari belanja pemerintah.

“Karena  semakin besarnya defisit APBN, akan terjadi kenaikan pada sisi beban belanja pegawai, belanja barang dan belanja pembayaran bunga utang. Sementara utang pemerintah harus di manage dengan prudent,” tutupnya. 

Baca Juga: Arus modal asing masih mengalir masuk, ini kata ekonom Indef

Data Kemenkeu juga menunjukan, dalam rangka penanganan Covid-19 lewat skema burden sharing bersama Bank Indonesia, pembelian SBN oleh BI (SKB I) sudah mencapai Rp 72,49 triliun dengan pembagian Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) sebesar Rp 32,30 triliun dan Surat Utang Negara (SUN) sebesar Rp 40,20 triliun.

Sementara itu pembelian SBN oleh BI berdasarkan SKB II untuk Public Goods telah mencapai Rp 270 triliun atau sekitar 67,92% dari target. Serta penerbitan SBN untuk Non Public Goods mencapai Rp 152,03 triliun.

Selanjutnya: Apindo bicara soal tren kenaikan kasus PKPU di tengah pandemi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

×