kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Restrukturisasi kredit terimbas pandemi diyakini terkendali, ini penyebabnya


Kamis, 10 Desember 2020 / 09:30 WIB
Restrukturisasi kredit terimbas pandemi diyakini terkendali, ini penyebabnya

Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tak seperti beberapa negara lain, restrukturisasi kredit imbas pandemi di Indonesia masih terjaga. Sampai 2 November 2020, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat nilai restrukturisasi mencapai Rp 934,8 triliun yang berasal dari 7,6 debitur, ini setara 17,04% dari nilai penyaluran kredit sampai Oktober 2020 senilai Rp 5.484,9 triliun. 

Sejumlah bank pun menaksir sampai akhir tahun nilai restrukturisasi imbas akan berada di kisaran 20-25% dari portofolio kredit. Komposisi tersebut relatif lebih rendah dibandingkan sejumlah negara lain dimana bisa mencapai di atas 50% portofolio kredit. 

Presiden Direktur PT Bank Panin Tbk (PNBN) Herwidayatmo bilang hal tersebut terjadi lantaran cukup terdiversifikasinya portofolio kredit bank di tanah air. Pun beberapa sektor dinilai masih dapat bertahan bahkan dapat peluang anyar dalam menghadapi pandemi. 

Baca Juga: Kredit konstruksi mulai tumbuh cukup baik memasuki kuartal IV

“Sampai saat debitur kami masih memenuhi kewajiban pembayaran dengan baik. Adapun data terakhir kami sudah merestrukturisasi kredit Rp 28,9 triliun dari 15.497 debitur,” katanya kepada KONTAN, Selasa (8/12).

Adapun merujuk laporan keuangan perseroan sampai September 2020, total Bank Panin telah merestrukturisasi kredit senilai Rp 32,575 triliun atau setara 26,65% dari total portofolio kreditnya senilai Rp 133,455 triliun. 

Meski cenderung dapat dikendalikan, namun beberapa bank lain menaksir restrukturisasi imbas pandemi masih akan menghadapi tantangan. Sehingga ada potensi penurunan kualitas kredit. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) misalnya menaksir 10-11% nilai restrukturisasi imbas pandemi akan berubah jadi kredit macet. 

“Harapan kami tentu saja seluruh debitur dapat kembali bangkit, namun kami memang telah mengantisipasi 10-11% portofolio yang direstrukturisasi akan sulit kembali normal,” ungkap Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturrdiha pada KONTAN. 

Baca Juga: Ini strategi BRI Life tingkatkan premi unitlink di tahun depan

Sampai akhir Novemerb bank berlogo pita emas ini telah mencatat restrukturisasi imbas pandemi senilai Rp 123,7 triliun yang berasal dari 16,59% dari portotlio kredit perseroan per Oktober senilai Rp 745,220 triliun. 

Sementara sebelumnya Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin menjelaskan kepada KONTAN bahwa akibat  proyeksi penurunan kualitas ini, rasio non performing loan (NPL) perseroan ditaksir masih akan sedikit terkerek sampai akhir tahun, 

“Sampai akhir tahun kami proyeksikan NPL ada di kisaran 3,5-3,6%. Sementara sampai kuartal. III-2020 NPL kami masih di kisaran 3,3%,” ungkap Siddik kepada KONTAN belum lama ini. 

Meski bakal terkerek, ia bilang Bank Mandiri sejatinya telah mempersiapkan sejumlah strategi mitigasi, misalnya dengan menambah pemupukan pencadangan untuk meredam risiko. Sampai kuartal III-2020 lalu perseroan telah membentuk cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) senilai Rp 15,7 triliun atau setara 205% dari  nilai NPL. 

Baca Juga: DPK di bank BUKU IV menciut, ada apa?

Hal serupa juga dilakukan oleh PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang terus berupaya memupuk CKPN yang sampai September 2020 mencapai Rp 9,129 triliun atau setara 243,5% dari nilai NPL perseroan. 

“Sampai dengan pertengahan Oktober 2020, BCA memproses Rp 107,9 triliun pengajuan restrukturisasi kredit atau sekitar 19% dari total kredit, yang berasal dari 90.000 nasabah. Total kredit yang direstrukturisasi pada akhir 30 September 2020 adalah sebesar Rp 90,7 triliun, atau 16% dari total kredit pada semua segmen,” ujar EVP Secretariat and Corporate Communciation BCA Hera F Haryn kepada KONTAN. 

Selanjutnya: OVO mulai layani transaksi pembayaran digital di e-commerce Lazada

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

×