kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ramai aksi korporasi bank syariah, bisa tingkatkan market share secara signifikan?


Rabu, 18 November 2020 / 05:30 WIB
Ramai aksi korporasi bank syariah, bisa tingkatkan market share secara signifikan?

Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek bisnis bank syariah di Tanah Air semakin cerah. Apalagi, tiga bank syariah milik bank BUMN yakni PT Bank Syariah Mandiri, PT Bank Negara Indonesia dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk bakal segera digabung (merger). 

Bila hal ini terwujud, maka bank syariah hasil penggabungan tersebut bakal memiliki total aset sebesar Rp 210 triliun. Rencana ini sebelumnya diperkirakan akan rampung pada Februari 2021 mendatang. Bukan cuma dari BUMN saja, bank syariah swasta seperti PT Bank BCA Syariah pun baru saja merampungkan proses merger. 

Dalam keterangan resminya, Senin (16/11) Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) BCA Syariah sepakat untuk melanjutkan merger dengan PT Bank Interim Indonesia (Bank Interim). Selain itu,  disetujui pula peningkatan modal disetor dan ditempatkan BCA Syariah yang semula Rp 1,99 triliun menjadi Rp 2,25 triliun setelah penggabungan.

Baca Juga: BRI Syariah telah implementasikan QRIS kepada 3.411 merchant

Direktur Utama BCA Syariah John Kosasih mengatakan hal ini memang sejalan dengan strategi bisnis perseroan. Pihaknya berharap proses tersebut bisa rampung sebelum akhir tahun 2020 atau selambat-lambatnya di kuartal I 2021. "Kami akan fokus pada merger ini, tapi tetap melihat kondisi ekonomi 2021 yang menurut kami masih dalam pandemi Covid-19," katanya kepada Kontan.co.id, Selasa (17/11). 

Anak usaha PT Bank Central Asia Tbk (BCA) ini juga mengatakan dengan penggabungan bank ini diharapkan ekspansi bisnis perusahaan bisa lebih positif. Adapun, proyeksinya di tahun 2021 pertumbuhan kinerja BCA syariah bisa ada di kisaran 5%-10% secara year on year (yoy). Bukan cuma itu, bank hasil merger ini nantinya juga akan punya aset sebesar Rp 9,3 triliun. Sedikit meningkat dari posisi aset perseroan saat ini sebesar Rp 8,58 triliun per September 2020. 

Tidak hanya aksi merger saja, prospek perbankan syariah juga mendapat angin segar setelah dikeluarkannya Qanun Layanan Keuangan Syariah (LKS) di Aceh. BNI Syariah misalnya yang mengatakan konversi aset sudah mencapai 100%. 

Baca Juga: Neobank, ancaman baru bagi bank konvensional di era digital

Sekretaris Perusahaan BNI Syariah Bambang Sutrisno juga bilang per Oktober 2020 implementasi migrasi DPK terkait Qanun LKS di BNI Syariah sudah mencapai Rp 1,2 triliun. Kemudian dari sisi pembiayaan sudah mencapai Rp 350 miliar. 

Sementara itu Pengamat Ekonomi Syariah Aziz Setiawan menyampaikan berkat adanya Qanun LKS dan proses merger tentunya prospek bank syariah di Tanah Air sangat positif. Meski demikian, menurutnya merger belum akan berdampak langsung meningkatkan pangsa pasar (market share) bank syariah.

Menurutnya, pangsa pasar bank syariah masih akan bertahan di bawah 7%. "Dampak Qanun hanya mendongkrak sedikit peningkatan market share. Karena secara umum pertumbuhan bank syariah sudah relatif dekat dengan pertumbuhan bank konvensional," terangnya. 

Baca Juga: Bank Bukopin bakal tambah modal ke Bank Bukopin Syariah

Tapi positifnya, aksi merger bank syariah bisa memberikan memberikan manfaat peningkatan skala ekonomis yang besar, karena akan ada bank syariah yang memiliki posisi masuk dalam jajaran 6 besar bank nasional. Hal ini akan memberikan ruang lebih besar bagi bank syariah untuk berkompetisi baik dari segi layanan ataupun teknologi. 

Tapi, walau bisa masuk ke dalam jajaran 10 bank terbesar di Indonesia dari sisi aset, bank hasil merger itu masih sangat jauh dibandingkan dengan bank-bank besar seperti Bank BRI, Mandiri dan BCA yang punya aset Rp 1.000 triliun. "Untuk kompetisi jangka panjang antara bank syariah dan bank konvensional belum sepenuhnya ideal," paparnya. 

Selanjutnya: Gandeng Akseleran, BCA salurkan kredit Rp 30 miliar ke UMKM

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×