Reporter: Ratih Waseso | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wakil Sekretaris Jenderal I Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Muchlis Wahyudi mengatakan, kondisi harga live bird broiler alias ayam hidup terutama di pulau Sumatra dan Jawa masih mengkhawatirkan.
Di mana dengan harga pokok produksi (HPP) Rp 20.000, namun rata-rata harga live bird di tingkat peternak pada bulan Oktober justru rendah yakni Rp15.500 per kilogram.
Muchlis mengatakan, roller coaster harga terus terjadi diakibatkan stok live bird di pulau Sumatera dan Jawa berlimpah. Meski bulan Maulud, dimana banyak acara hajatan dan keramaian, dinilai masih belum bisa mengangkat harga live bird sesuai harga acuan pemerintah (HAP) di Rp21.000- Rp23.000.
Baca Juga: Harga Ayam Hidup Anjlok, Peternak Desak Pemerintah Turun Tangan
"Tiga bulan terakhir mulai bulan Agustus-Oktober nasib usaha kami semakin terpuruk dan jatuh ke jurang kehancuran, kami sudah tidak bisa berpikir lagi, ini harus bagaimana solusinya," keluh Muchlis saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (30/10).
Atas kondisi yang dialami peternak rakyat tersebut, Pinsar sendiri telah bersurat kepada Kementerian Perdagangan, Badan Pangan Nasional dan Kementerian Pertanian.
Adapun sebagai upaya stabilisasi harga live bird atau ayam hidup ditingkat peternak terutama peternak mikro dan kecil, Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) meminta BUMN pangan dan swasta untuk membantu melakukan penyerapan.
Namun, Muchlis menyebut, jika upaya tersebut masih belum bisa mengangkat harga live bird di tingkat produsen.
Sebagai informasi di tingkat konsumen harga rata-rata daging ayam ras nasional per 27 Oktober 2022 yakni Rp34.200 perkilogram.
Baca Juga: Harga Ayam Anjlok, Menteri Zulhas Sebut Karena Permintaan Rendah
"Realita memang dari kandang seperti itu, sedangkan di pasar masih tinggi, karena kami sebagai produsen memang tidak berdaya di tekan oleh broker dan bandar karena mereka banyak pilihan akibat over stock. Broker atau bandar harus taat dengan HAP yang sudah diterbitkan oleh Badan Pangan Nasional dalam Peraturan Badan Pangan Nasional nomer 5 tahun 2022 tentang HAP harga acuan pembelian di tingkat peternak," jelasnya.
Untuk itu Muchlis berharap pemerintah harus segera bertindak dengan melakukan sosialisasi Peraturan Badan Pangan Nasional RI, Nomor 5 Tahun 2022, tentang Harga Acuan Pembelian Di Tingkat Produsen dan Harga Acuan Penjualan Di Tingkat Konsumen Komoditas Jagung, Telur Ayam Ras, dan Daging Ayam Ras. Hal tersebut untuk mengatasi pihak-pihak yang menerapkan pembelian live bird ditingkat produsen dibawah HAP.
Kondisi harga live bird di tingkat produsen yang rendah akan mengancam kelangsungan usaha para peternak rakyat. Ia mengatakan saat ini tinggal sekitar 5-8% produsen yang merupakan peternak murni rakyat mandiri atas dasar populasi.
Tak hanya itu peternak rakyat juga ada yang terpaksa merumahkan pegawainya lantaran harga beli ditingkat produsen lebih rendah dari HPP. Muchlis bahkan mengungkap terpaksa merumahkan 20 karyawannya.
Maino Dwi Hartono Direktur Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Badan Pangan Nasional mengatakan mengenai live bird memang terjadi over supply produksi ayam broiler. Khusus untuk harga live bird di tingkat peternak di Pulau Jawa memang relatif rendah kisaran Rp15.000 hingga Rp18.000 perkilogram yang jauh dari HAP.
Baca Juga: Sempat Anjlok, Kini Harga Ayam Broiler Kembali Stabil
Oleh karena itu Badan Pangan Nasional melakukan koordinasi dengan pelaku usaha ayam, perusahaan integrator dan BUMN pangan untuk menyerap produksi pada peternak kecil dan mandiri.
"Ini sudah kita lakukan hampir sebulan terakhir, sampai saat ini sudah 201.861 ekor atau 334 ton ayam yang terserap oleh BUMN pangan dan perusahaan integrator yang membelinya mengacu pada harga acuan pemerintah atau bertahap menuju HAP," kata Maino.
Upaya lain yang dilakukan ialah memobilisasi atau mendistribusikan karkas atau ayam beku ke wilayah yang saat ini harganya masih tinggi. Di mana Badan Pangan Nasional telah mengirimkan karkas ke Kalimantan Utara sebanyak 32 ton dan akan dilakukan ke wilayah lainnya yang harga daging ayamnya masih tinggi.
"Kami akan coba lagi untuk wilayah lain seperti NTT, Maluku, Papua atau yang harganya masih relatif tinggi. Kita akan cari offtaker di wilayah tersebut agar bisa menyerap karkas dari peternak kita," imbuhnya.
Maino mengakui harga live bird ditingkat peternak memang masih di bawah HAP. Namun upaya stabilisasi terus dilakukan agar peternak dapat mendapatkan harga yang baik untuk hasil produksinya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News