Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengembangan infrastruktur kendaraan listrik semakin diminati oleh berbagai pengelola stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Tidak hanya perusahaan pelat merah, badan usaha swasta juga turut terlibat dalam pengembangan infrastruktur kendaraan listrik di dalam negeri.
Shell Indonesia misalnya, saat ini telah mengoperasikan 3 stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU). Stasiun pengisian yang dinamai Shell Recharge ini tersebar di 3 titik, yakni Pluit, Antasari, dan Jagorawi.
Shell Recharge menawarkan pengisian daya cepat (fast charging) 50kW dengan kemampuan pengisian daya dari 0 hingga 80% hanya dalam waktu 20-30 menit.
“Untuk menggunakan fasilitas Shell Recharge, pelanggan dapat membeli paket Recharge untuk mendapatkan kopi serta makanan ringan dengan harga khusus senilai Rp 85.000 di Shell Select deli2go, dan melakukan pengisian daya kendaraan listrik selama 30 menit secara gratis tanpa dikenakan biaya tambahan,” terang Deputy Director dan Vice President Network Shell Mobility Indonesia, Ingrid Siburian kepada Kontan.co.id (20/1).
Saat ini, Shell membuka peluang untuk kembali menambah jumlah SPKLU. Ingrid bilang, Shell menyambut baik peluang untuk menghadirkan lebih banyak instalasi pengisian daya kendaraan listrik dalam waktu dekat melalui kolaborasi dengan mitra-mitra strategis.
Baca Juga: Sejumlah Konglomerasi Besar Berebut Tender Proyek Bateri EV India US$ 2,4 Miliar
“Hal ini sejalan dengan strategi “Powering Progress” Shell yang dicanangkan secara global untuk mempercepat transisi perusahaan menuju bisnis energi dengan emisi nol bersih di tahun 2050, seiring perkembangan pasar dan tren masyarakat,” imbuh Ingrid.
Belum ketahuan berapa target penambahan jumlah SPKLU yang ingin dikejar oleh Shell. Namun, secara global, Shell memang memiliki target untuk mengembangkan jaringan pengisian daya kendaraan listrik hingga 500.000 titik pengisian daya di tahun 2025.
Tidak ketinggalan, Pertamina juga telah memantapkan niatnya untuk terus melakukan pengembangan infrastruktur kendaraan listrik. Hal ini salah satunya diwujudkan dengan terus melakukan stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum (SPBKLU).
Dalam rencana perusahaan, Pertamina berniat mengembangkan hingga 391 unit SPBKLU pada tahun 2024 mendatang. Pjs Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Sub Holding Pertamina Commercial & Trading, Irto Ginting mengatakan, setelah Jakarta, fasilitas-fasilitas penukaran baterai terutama akan tersebar di area Bali, Semarang, Surabaya, Bandung sesuai perkembangan permintaan yang berpusat di area-area tersebut.
“Dalam pengembangan SPBKLU ini, kami mengutamakan skema partnership sehingga bisa melakukan sharing informasi, teknologi dan biaya investasi,” ujar Irto kepada Kontan.co.id (20/1).
Saat ini, Pertamina tengah mengawal tahapan final commissioning 7 titik SPBKLU di Jakarta. Ketujuh titik SPBKLU ini, kata Irto secara bertahap sudah mulai digunakan oleh mitra pengemudi Gojek.
“Per Januari 2022 SPBKLU ini sudah digunakan oleh 50 motor kendaraan Gojek dan akan secara bertahap ditingkatkan sampai dengan 500 kendaraan pada bulan Februari 2022,” tutur Irto.
Minat untuk mengembangkan infrastruktur kendaraan listrik tidak hanya dijumpai pada badan usaha pengelola SPBU saja. PT Jasa Marga Tbk juga sudah mengembangkan SPKLU melalui anak usahanya, PT Jasamarga Related Business (JMRB).
Baca Juga: Ini Kata Pengamat Terkait Rencana IBC Akuisisi Perusahaan Kendaaran Listrik
Dengan berkolaborasi dengan PLN, JMRB telah mengembangkan SPKLU di 5 titik pada sejumlah rest area yang dikelolanya. Kelima titik ini meliputi Rest Area KM 207 A ruas tol Palikanci, KM 379 A, 389B ruas tol Batang-Semarang dan 519 A dan 519 B ruas tol Solo-Ngawi. Kelimanya sudah terpasang dan beroperasi sejak tahun 2021 lalu.
“Bentuk kerjasamanya PLN sebagai penyedia dan operator EV (electric vehicle) Chargernya, dan JMRB sebagai penyedia lahannya,” terang Direktur Bisnis Komersial PT Jasamarga Related Business, Imad Zaky Mubarak saat dihubungi Kontan.co.id (20/1).
Zaky berujar, untuk tahun 2022 dan ke depannya, JMRB membuka peluang dan berdiskusi dengan mitra strategis pelaku industri SPKLU untuk membuka titik-titik baru di Rest Area yg dikelola oleh JMRB. JMRB optimistis, bisnis SPKLU memiliki potensi yang besar ke depannya seiring dengan perkembangan pertumbuhan jumlah mobil listrik di Indonesia.
“Saat ini merupakan momen yang tepat untuk memulai bisnis SPKLU, karena ke depannya perkembangan EV kemungkinan akan semakin masif,” tutur Zaky.
Sedikit informasi, berdasarkan peta jalan yang disusun Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), potensi jumlah kendaraan listrik di Indonesia pada 2030 mencapai 2,2 juta mobil listrik dan 13 juta motor dengan 31.859 unit SPKLU. Jumlah kendaraan listrik itu diharapkan bisa menekan impor BBM sekitar 6 juta kiloliter pada tahun tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News