Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Yudho Winarto
Sebagaimana hasil survei Rumah.com Consumer Sentiment Study H1 2021, mayoritas atau sekitar 59% responden menyatakan mereka mulai menabung sebelum mencari rumah.
Sedangkan 25% responden menyatakan bahwa mereka mulai menabung setelah memperkirakan biaya untuk membeli rumah. Sementara 11 responden mulai menabung setelah memutuskan properti yang akan dibeli dan 5% responden meminta dana dari orang tua maupun keluarga untuk membayar uang muka.
Strategi mulai menabung sebelum mencari rumah paling banyak dipilih oleh konsumen berpenghasilan tinggi sedangkan strategi mulai menabung setelah memperkirakan biaya untuk membeli rumah paling banyak dipilih oleh konsumen berpenghasilan rendah
Baca Juga: Nadiem Makarim: Semua sekolah wajib sudah belajar tatap muka pada Juli 2021
Marine menjelaskan bahwa penurunan BI7DRR menjadi 3,75% pada Q4 2020 lalu telah mendorong turunnya suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Pemilikan Apartemen (KPA).
Secara kuartalan, masing-masing suku bunga kredit mengalami penurunan sebesar tiga dan dua bps, menjadi masing-masing 8,32%.
"Penurunan suku bunga KPR dan KPA memang belum sebesar penurunan BI7DRR. Meski demikian, kita sudah melihat upaya bank yang menurunkan suku bunga KPR sebesar 15 bps pada Juli hingga Oktober, di mana pada saat itu BI7DRR stagnan di 4%. Kita berharap bank terus melakukan penyesuaian suku bunga KPR dan KPA apalagi dengan adanya penurunan BI7DRR menjadi 3,5% dan kebijakan DP Rumah Nol Persen," ujarnya.
Marine menambahkan bahwa adanya kebijakan penurunan BI7DRR, DP Rumah Nol Persen dan insentif PPN dari pemerintah membuat pasar properti menjadi semakin kondusif bagi konsumen.
Apalagi sesuai dengan data Rumah.com Indonesia Property Market Index Q1 2021 dimana pada kuartal keempat 2020 terjadi penurunan harga properti, kenaikan suplai, dan turunnya permintaan secara nasional.
Marine berkata, data Rumah.com Indonesia Property Market Index (RIPMI) ini memiliki akurasi yang cukup tinggi untuk mengetahui dinamika yang terjadi di pasar properti di Indonesia, karena merupakan hasil analisis dari 400.000 listing properti dijual dan disewa dari seluruh Indonesia, dengan lebih dari 17 juta halaman yang dikunjungi setiap bulan dan diakses oleh lebih dari 5,5 juta pencari properti setiap bulannya.
Turunnya harga properti dan naiknya suplai properti menunjukkan bahwa pasar properti masih berada dalam situasi buyers market. Bagi konsumen yang sudah siap secara finansial, inilah saat termudah untuk membeli hunian.
Baca Juga: Larangan mudik Lebaran tak menghalangi laju pertumbuhan ekonomi
Pembeli rumah pertama akan dimanjakan oleh melimpahnya pilihan properti dengan harga yang bersaing, fasilitas DP Rumah Nol Persen dan pembebasan PPN 100 Persen.
Pemerintah saat ini memang sedang berusaha keras untuk memulihkan perekonomian melalui pemberian insentif berupa diskon atau pembebasan PPN.
Selain di sektor properti, insentif juga diberikan untuk sektor otomotif dengan relaksasi PPnBM Kendaraan Bermotor untuk mobil dengan tipe sedan dengan kapasitas mesin di bawah 1500 cc dan diproduksi di dalam negeri.
Dua insentif tersebut diharapkan bisa menurunkan harga jual hunian dan kendaraan bermotor sehingga bisa mendorong penjualan rumah atau apartemen dan mobil.
Bagi generasi milenial dan generasi Z, adanya kemudahan membeli rumah dan mobil harus dipertimbangkan dengan hati-hati. Sebaiknya mereka menginvestasikan dana yang mereka miliki untuk sesuatu yang lebih produktif.
Sebagai contoh apabila mereka mau membeli hunian, hal ini bisa sebagai bentuk investasi masa depan karena akan menjadi aset yang nilainya akan naik berlipat-lipat saat mereka sudah berusia 40 tahunan.