Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kemenkes menyederhanakan alur pelayanan vaksinasi Covid-19, dari sebelumnya 4 meja menjadi 2 meja. Penyederhanaan ini untuk menghemat waktu vaksinasi sehingga lebih efisien dan efektif.
Selain itu, Kementerian Kesehatan menyatakan dalam halaman Facebook-nya, Sabtu (8/5), penyederhanaan alur pelayanan vaksinasi yang berlaku mulai 3 Mei lalu mampu mengurangi potensi kerumunan akibat dari waktu tunggu yang terlalu lama.
Dengan penyederhanaan itu, kini meja 1 untuk screening dan vaksinasi sementara meja 2 untuk pencatatan dan observasi. "Pelaksanaan vaksinasi akan menghemat banyak waktu, karena sasaran tidak perlu berpindah-pindah tempat," kata Kemenkes.
Ada juga ruang tunggu untuk menunggu sasaran vaksinasi yang datang. Di ruang tunggu ini, akan ada petugas mobile yang akan melakukan pengecekan sasaran melalui pedulilindungi.id dan membagikan kertas kendali yang harus sasaran isi.
Baca Juga: Dunia belum sepakat cara percepat vaksinasi, protokol kesehatan tak boleh kendor
Saat ini, penyederhanaan alur vaksinasi sudah Kemenkes uji coba di 4 provinsi, yakni DKI Jakarta, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Utara. Dari hasil monitoring dan evalusi, Kemenkes telah melakukan sejumlah perbaikan.
"Oleh karenanya, sistem ini sudah mulai disosialisasi kepada seluruh masyarakat di Indonesia," ujar Kemenkes.
Mempersingkat waktu observasi
Selain penyederhanaan alur, Kemenkes juga melakukan perubahan waktu observasi pasca sasaran disuntik vaksin. Kemenkes mempersingkat waktu observasi menjadi 15-30 menit.
Ini merujuk rekomendasi dari Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) dan Komnas Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).
Baca Juga: Apakah pasien sembuh dari infeksi virus corona tidak perlu disuntik vaksin Covid-19?
Waktu observasi yang dipersingkat juga mengacu rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) serta Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).
"Masa observasi selama 15 menit diperuntukkan bagi sasaran yang tidak memiliki riwayat alergi dan reaksi anafilaktik terhadap vaksin," sebut Kemenkes.
Sementara waktu observasi yang lebih lama yakni 30 menit untuk sasaran yang mengalami gejala klini, seperti reaksi yang timbul sebagai akibat dari penyuntikan vaksin.
Meski waktu obervasi dipersingkat, Kemenkes menegaskan, pada pelaksanaanya tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian.
Selanjutnya: Siap-siap, vaksinasi gotong royong digelar mulai 17 Mei 2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News