Sumber: Channel News Asia | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - YANGON. Militer Myanmar mendakwa seorang fotografer Associated Press (AP) dan lima jurnalis lainnya atas liputan protes anti-kudeta, pengacara mereka mengatakan pada Rabu (3/2).
Fotografer AP Thein Zaw, 32 tahun, ditangkap pada Sabtu (27/2) pekan lalu, saat dia meliput demonstrasi di Kota Yangon, pusat komersial Myanmar.
Myanmar gempar sejak 1 Februari, ketika tentara menahan Aung San Suu Kyi dan para pemimpin sipil lainnya, mengakhiri eksperimen singkat negara itu dengan demokrasi dan memicu protes di mana-mana.
Pengacara Thein Zaw mengatakan, dia dan lima jurnalis Myanmar lainnya didakwa berdasarkan undang-undang karena "menyebabkan ketakutan, menyebarkan berita palsu, atau membuat marah pegawai pemerintah secara langsung atau tidak langsung".
Baca Juga: Myanmar terus bergejolak, demonstrasi menentang junta militer terus berlanjut
Junta mengubah undang-undang bulan lalu, untuk meningkatkan hukuman maksimal dari dua tahun menjadi tiga tahun penjara.
"Thein Zaw hanya melaporkan sesuai dengan undang-undang kebebasan pers, dia tidak memprotes, dia hanya melakukan pekerjaannya," kata pengacara Tin Zar Oo, seperti dikutip Channel News Asia.
Thein Zaw dan lima jurnalis lainnya ditahan di Penjara Insein di Yangon. Lima jurnalis lainnya berasal dari Myanmar Now, Myanmar Photo Agency, 7Day News, Zee Kwet Online News, dan seorang freelancer.
34 wartawan ditahan
Vice-President of International News AP Ian Philips menyerukan agar Thein Zaw segera dibebaskan.
"Jurnalis independen harus diperbolehkan memberitakan berita dengan bebas dan aman tanpa takut akan pembalasan," tegasnya. "AP mengutuk dengan tegas penahanan sewenang-wenang Thein Zaw".
Baca Juga: Menteri Luar Negeri ASEAN akan berdialog dengan junta militer Myanmar
Sejak kudeta, junta terus meningkatkan taktik mereka melawan pengunjuk rasa anti-militer, menembakkan gas air mata, meriam air, dan peluru karet, serta insiden peluru tajam.
Minggu adalah hari paling berdarah sejak pengambilalihan militer, dengan PBB mengatakan, sedikitnya 18 pengunjuk rasa tewas di seluruh negeri.
Menurut kelompok pemantau Asosiasi Bantuan Tahanan Politik (AAPP), lebih dari 1.200 orang telah ditangkap sejak kudeta, dengan sekitar 900 orang masih di balik jeruji besi atau menghadapi dakwaan.
AAPP menyebutkan, 34 wartawan termasuk di antara mereka yang ditahan, dengan 15 orang sejauh ini telah dibebaskan.
"Penindasan ini menghalangi arus informasi dan berita yang akurat," sebut AAPP seraya menambahkan, wartawan menjadi sasaran "serangan kekerasan" meskipun memiliki kredensial yang jelas.
Selanjutnya: Pertama kali sejak kudeta, Aung San Suu Kyi muncul di pengadilan Myanmar
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News