kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Masih pandemi, perusahaan asuransi dorong pemasaran lewat kanal digital


Rabu, 29 September 2021 / 05:15 WIB
Masih pandemi, perusahaan asuransi dorong pemasaran lewat kanal digital

Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Digitalisasi terus merambah industri jasa keuangan termasuk industri asuransi. Industri asuransi umum dan asuransi jiwa sama-sama mendapatkan berkah dari tumbuhnya literasi digital masyarakat Indonesia di era pandemi.

Kanal digital memang menjadi peluang pemasaran asuransi di masa pandemi meski porsinya masih kecil dibanding keagenan, bank, maupun telemarkering. Melihat catatan Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) semester I-2021, nilai pendapatan premi yang berasal dari kanal pemasaran digital mengalami peningkatan 0,6%, dibanding capaian pada 2020 yang sebesar 0,1%.

Untuk nilai pendapatan premi yang berasal dari kanal keagenan alami peningkatan sebesar 12,7% menjadi Rp 4,84 triliun dibandingkan dengan capaian 2020 yang sebesar 11,4%, dan kanal bancassurance saat ini porsinya berada di angka 4,2%.

Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Dody Achmad Sudiyar Dalimunthe mengatakan, AAUI baru mendefinisikan satu distribution channel untuk digital marketing, dan baru berjalan di dua publikasi triwulanan.

Baca Juga: OJK: Jangan tanda tangan polis asuransi sebelum benar-benar paham

"Namun sepertinya kanal ini masih belum sepenuhnya dipahami oleh perusahaan-perusahaan anggota AAUI sehingga dianggap sebagai kanal baru di pencatatan masing-masing perusahaan, dan dalam rekap yang diterima AAUI jumlahnya masih sangat kecil. Kami menduga pemasaran digital ini sudah terimplementasi di distribution channel existing seperti di direct business (pemasaran langsung)," kata Dody kepada kontan.co.id, Selasa (28/9).

Ia menjelaskan, dalam pelaksanaannya, implementasi pemasaran digital juga dilakukan melalui kerjasama/kolaborasi dengan mitra bisnis seperti e-commerce, pialang maupun agen. Dan menurutnya, pandemi covid-19 ini menunjukkan efektifitas pemasaran digital tersebut. 

Kata Dody, trigger di masa pandemi ini akan membuat implementasi digital di industri asuransi ke depan akan semakin berkembang bukan hanya di pemasaran saja, tetapi juga ke pengelolaan data risiko, penetapan tarif premi hingga pelayanan proses klaim.

"Yang perlu diperhatikan dalam implementasi digital adalah kesesuaian fitur teknologi tersebut dengan behavior kepada konsumen dan masyarakat pada umumnya, sehingga memudahkan akses dan minat dalam membeli produk asuransi," ujar Dody.

Namun menurutnya, di sisi lain juga ada tantangan terkait keamanan cyber. Untuk itu pihak perusahaan asuransi harus memastikan bahwa dalam kerjasama dengan mitra bisnis wajib mengedepankan aspek keamanan data dan perlindungan kepada konsumen.

Baca Juga: Industri asuransi syariah catatkan pertumbuhan hasil investasi

OJK sudah menerbitkan POJK 4/2021 tentang manajemen risiko teknologi informasi yang dapat menjadi panduan bagi perusahaan asuransi dalam implementasi teknologi digital.

Sementara itu, salah satu pemain asuransi umum, PT Asuransi Simas Net mengatakan, saat ini Simas Net tengah fokus kepada kanal digital melalui B2B dan B2B2C dan tidak menggarap fokus agen. "Untuk TM bersifat support untuk up selling dan cross selling dan follow up lead dari inquiry di website atau sosmed. jadi kanal keagenan, bank atau TM bisa dibilang tidak ada," kata Presiden Direktur Asuransi Simas Net Teguh Aria Djaja.

Premi di kanal digital Simas Net di 2020 dan 2021 mengalami pertumbuhan in-term jumlah premi sekitar 20%. Hingga akhir tahun pihaknya menargetkan premi dari kanal ini berada di angka Rp 750 miliar. "Sekarang posisinya masih di Rp 300 miliar," sambung Teguh.

Dalam menggenjot pemasaran secara digital, pihaknya menerapkan strateginya dengan menambah partnership dan memperkuat kerjasama yang ada seperti baru-baru ini Simas Net meresmikan strategic partnership dengan Tokopedia melalui Fuse.

Ketua Dewan Pengurus Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Budi Tampubolon juga menjelaskan bahwa pengaruh digitalisasi untuk industri asuransi jiwa lebih banyak berperan dari sisi operasional dan pemasaran. Hingga saat ini, kanal distribusi masih didominasi bancassurance dan agen. 

Kendati demikian, kanal digital memang menjadi peluang pemasaran asuransi di masa pandemi meski porsinya masih kecil dibanding keagenan, bank, maupun telemarkering. "Kami lihat kanal-kanal alternatif, termasuk dari platform digital, naik signifikan walaupun porsinya masih kecil," ujarnya.

Adapun menurutnya, dari sisi operasional, digitalisasi begitu besar manfaatnya karena proses bisnis dan pelayanan terhadap nasabah menjadi lebih mudah, terutama untuk mengatasi keterbatasan interaksi tatap muka akibat kondisi pandemi. "Mulai dari digitalisasi dokumen, proses klaim lebih fleksibel, kemudahan seiring relaksasi pemasaran unit-link secara jarak jauh, sampai akomodasi layanan pemeriksaan kesehatan lewat telemedis," katanya.

BNI Life juga mengaku, saat ini porsi digital memang masih belum besar apabila dibandingkan dengan kanal lain seperti  bancassurance, telemarketing maupun agency. "Namun saat ini kami sudah mempersiapkan tim yang akan mengeksplor untuk kanal digital," ungkap  GM of Corsec, Legal & Corcomm BNI Life Arry Herwindo .

Baca Juga: Bank Permata kembangkan layanan perbankan untuk nasabah

Arry menyebutkan, saat ini premi dari kanal digital belum mengalami kenaikan yang signifikan, namun selain pencapaian premi, pihaknya juga berfokus kepada literasi asuransi kepada pengguna-pengguna platform digital.

"Melihat bahwa tingkat urgensi terhadap asuransi meningkat dan kantor pemasaran fisik yang semakin sedikit menandakan bahwa penjualan asuransi melalui kanal digital akan semakin dibutuhkan sehingga berdampak pada target premi kanal digital yang meningkat hingga akhir tahun," tambah Arry.

Kendati demikian Arry tak menyebutkan lebih jauh berapa target premi dari kanal digital hingga akhir tahun. Sementara itu, terkait mitigasi resiko, pihaknya melakukan pemilihan produk serta pembatasan–pembatasan ketentuan asuransi, selain itu BNI Life juga melakukan proses KYC yang lebih ketat pada proses pendaftaran asuransi.

"Dalam menggenjot pemasaran melalui kanal digital, salah satu strategi kami adalah dengan mengembangkan platform digital milik BNI Life untuk penjualan asuransi, dan juga tidak lupa melakukan partnership dengan partner digital serta melakukan digital marketing untuk boost penjualan asuransi," imbuh Arry.

Selanjutnya: Bisnis asuransi syariah terdongkrak pemulihan ekonomi dalam negeri

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

×