Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Â WASHINGTON. Presiden AS Joe Biden pada hari Kamis (25/3/2021) mengatakan, dirinya akan mencegah China mengungguli Amerika Serikat untuk menjadi negara paling kuat di dunia. Biden juga berjanji akan melakukan investasi besar-besaran untuk memastikan Amerika menang dalam persaingan antara dua ekonomi terbesar di dunia itu.
Melansir Reuters, Biden mengatakan dia telah menghabiskan waktu "berjam-jam" dengan Xi Jinping ketika dia menjabat sebagai wakil presiden di bawah pemerintahan Presiden Barack Obama. Dia meyakini Presiden China mempercayai otokrasi, bukan demokrasi, yang memegang kunci masa depan.
Biden mengatakan dia telah menjelaskan kepada Xi bahwa Amerika Serikat tidak mencari konfrontasi, tetapi akan bersikeras China harus mematuhi aturan internasional untuk persaingan dan perdagangan yang adil serta penghormatan terhadap hak asasi manusia.
"China memiliki tujuan keseluruhan ... menjadi negara terkemuka di dunia, negara terkaya di dunia, dan negara paling kuat di dunia. Itu tidak akan terjadi di bawah pengawasan saya karena Amerika Serikat akan terus tumbuh," katanya kepada wartawan di Gedung Putih seperti yang dikutip Reuters.
Baca Juga: China kirim kapal milisi maritim, Duterte berjanji untuk melindungi wilayah negaranya
Biden membidik Xi dan Presiden Rusia Vladimir Putin karena menerapkan sistem otokrasi.
"Dia salah satu orang, seperti Putin, yang berpikir bahwa otokrasi adalah gelombang masa depan, (dan) demokrasi tidak dapat berfungsi di dunia yang selalu kompleks," kata Biden dalam konferensi pers pertamanya sejak menjabat pada Januari.
Sebelumnya pada Maret, Biden mengatakan kepada ABC News bahwa dia yakin Putin adalah "pembunuh," yang memicu kemarahan di Moskow.
Baca Juga: Paket stimulus AS dinilai bakal mendongkrak ekonomi China
"Dia (Xi) tidak memiliki demokrasi - dengan 'd' - tulang kecil di tubuhnya, tapi dia orang yang cerdas, pintar," katanya.
Biden mengatakan dia akan bekerja dengan sekutu AS untuk meminta pertanggungjawaban China atas tindakannya di Taiwan, Hong Kong, Laut China Selatan, dan perlakuannya terhadap minoritas Uighur, serta mendorong Beijing untuk tetap berpegang pada aturan internasional untuk perdagangan yang adil.
Dia mengatakan, dirinya memberi tahu Xi selama percakapan dua jam setelah menjabat: "Selama Anda dan negara Anda terus secara terang-terangan melanggar hak asasi manusia, kami akan terus menerus menarik perhatian dunia, dan membuatnya jelas apa yang terjadi. Dan dia mengerti itu."
Kegagalan untuk melakukannya, seperti yang terjadi di bawah mantan Presiden Donald Trump, akan merusak kredibilitas Amerika, kata Biden.
"Saat seorang presiden menjauh dari itu, seperti yang terakhir dilakukan, adalah saat kita mulai kehilangan legitimasi kita di seluruh dunia. Itu siapa kita," katanya.
Baca Juga: Hadapi tekanan China, Taiwan mulai produksi massal rudal jarak jauh
Biden, yang berencana untuk mengungkap proposal infrastruktur multi-triliun dolar minggu depan, mengatakan dia akan memastikan peningkatan investasi AS dalam teknologi baru yang menjanjikan, seperti komputasi kuantum, kecerdasan buatan, dan bioteknologi.
Dia menargetkan untuk mengembalikan investasi AS dalam penelitian dan pengembangan teknologi mendekati 2% dari PDB yang diinvestasikan pada 1960-an dari tingkat saat ini sekitar 0,7%.
Baca Juga: AS kirim pesawat mata-mata, saat militer China latihan tembak langsung
"Masa depan terletak pada siapa yang sebenarnya dapat memiliki masa depan yang berkaitan dengan teknologi, komputasi kuantum, berbagai hal, termasuk di bidang medis," katanya.
"Kami akan melakukan investasi nyata," katanya, dengan mencatat bahwa China menghabiskan investasi tiga kali lebih banyak daripada Amerika Serikat untuk infrastruktur.
Selanjutnya: AS minta WHO lakukan kunjungan ulang ke China untuk selidiki asal-usul Covid-19
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News