kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,21   13,90   1.53%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jelang deadline, bank gencar cari tambahan modal


Rabu, 18 November 2020 / 08:40 WIB
Jelang deadline, bank gencar cari tambahan modal

Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank-bank bermodal cekak tengah mengebut aksi penambahan modal. Maklum akhir tahun ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mewajibkan bank memiliki modal inti minimum Rp 1 triliun, jika gagal terpenuhi sejumlah sanksi mulai dari pembatasan bisnis sampai menurunkan status menjadi bank perkreditan rakyat.

Dari catatan KONTAN, setidaknya ada sembilan bank yang sampai September 2020 mesti memenuhi kewajiban tersebut. Mereka terdiri dari tiga bank daerah, tiga bank syariah, dan sisanya bank umum swasta nasional (BUSN).

Dua bank daerah tersebut adalah PT Bank Pembangunan Daerah Bengkulu yang modal intinya Rp 853 miliar per September 2020 , dan PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Tengah dengan modal inti Rp 956 miliar.

Baca Juga: Banyak aksi korporasi, prospek bank syariah dinilai cerah

Adapun Bank Bengkulu kini tengah dalam proses menunggu investor anyar yaitu PT Mega Corpora. Perusahaa milik taipan Chairul Tanjung tersebut memang dikabarkan bakal jadi pemegang saham anyar Bank Bengkulu. 

“Mega Corpora akan masuk melalui private pelacement, artinya akan ada penerbitan saham baru dari kami,” kata Pemimpin Divisi Corporate Secretary Bank Bengkulu Fanny Irfansyah kepada KONTAN, Selasa (17/11).

Sayang Fanny masih enggan memberikan penjelasan lebih lanjut terkait berapa persen saham anyar yang akan diterbitkan, termasuk target dana yang bakal dikucurkan Mega Corpora. 

Meski demikian, Irfansyah memastikan Mega Corpora telah berkomitmen untuk menjadi investor anyar perseroan. ini dibuktikan telah diterimanya surat perihal penegasan persetujuan pembelian saham oleh Mega Corpora terhadap Bank Bengkulu. 

Baca Juga: Neobank, ancaman baru bagi bank konvensional di era digital

“Untuk porsi saham dan nilainya akan ditentukan saat RUPSLB Bank Bengkulu pada 23 November 2020.  yang jelas aksi ini akan membantu kami memenuhi target modal inti minimum Rp 1 triliun,” sambung Irfansyah.

Adapun selain dua bank daerah tersebut ada PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BEKS), dan PT Bank Pembangunan Daerah Lampung yang telah berhasil meningkatkan modal intinya lebih dari Rp 1 triliun di akhir kuartal III-2020. 

Tambahan modal keduanya berasal dari para pemegang sahamnya masing-masing yaitu para  pemerintah provinsi daerah. Bank Banten menerima tambahan modal Rp 1,55 triliun dari Pemprov Banten. Sedangkan modal inti Bank Lampung sampai September tercatat senilai Rp 1,04 triliun. 

“Terima kasih kepada Pemerintah Provinsi Lampung serta Kabupaten & Kota se-Provinsi Lampung atas dukungannya sehingga Bank Lampung telah menjadi BUKU 2 pada 4 November 2020,” terang Bank Lampung dalam lama resminya. 

Sementara di segmen bank syariah tercatat ada tiga bank yang modal intinya masih di bawah Rp 1 triliun. Mereka adalah PT Bank Bukopin Syariah dengan modal inti Rp 706 miliar, PT Bank Victoria Syariah bermodal inti Rp 228 miliar, dan PT Bank Net Syariah yang punya modal inti Rp 651 miliar. 

Baca Juga: BRI Syariah telah implementasikan QRIS kepada 3.411 merchant

PT Bank Bukopin Tbk (BBKP), induk Bank Bukopin Syariah kini juga tengah menyiapkan setoran modal agar dapat memenuhi ketentuan modal minimum tersebut. “Sebagai pemegang saham Bukopin Syariah, kami telah menyiapkan dana agar modal mencapai Rp 1 triliun hingga akhir tahun ini. (Dana) dari Bank Bukopin sebagai pemegang saham. Kookmin termasuk di dalamnya,” kata Direktur Utama Bank Bukopin Rivan A. Purwantono kepada KONTAN.

Mengcau laporan keuangan sampai September 2020, Bank Bukopin setidaknya perlu tambah modal Bank Bukopin Syariah sampai Rp 300 miliar. Sayangnya Rivan enggan memberi penjelasan lebih lanjut soal skema penambahan modal. Termasuk soal apakah KB Kookmin Bank juga akan terlibat atau turut mengucurkan dana segar. 

Sementara Sekretaris Perusahaan PT Bank Victoria Tbk (BVIC) Lidwina Dian mengaku saat ini masih menjajaki sejumlah opsi agar entitas anaknya Bank Victoria Syariah dapat memenuhi ketentuan tersebut. “Kami tentu akan memenuhi ketentuan OJK tersebut dengan beberapa opsi yang kini masih dalam kajian oleh manajemen,” katanya kepada KONTAN.

Tahun lalu sempat beredar kabar, bahwa Bank Victoria Syariah bakal dilego ke salah PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) untuk memuluskan rencana penyapihan Unit Usaha Syariah BTN. Namun tak ada tindak lanjutnya, Lidwina pun enggan berkomentar soal hal ini. 

Baca Juga: Bank Bukopin bakal tambah modal ke Bank Bukopin Syariah

Sementara dari lini BUSN ada PT Bank Harda Internasional Tbk (BBHI) dengan modal inti Rp 290 miliar, kemudian PT Bank Prima Master bermodal inti  Rp 265 miliar, PT Bank Bisnis Internasional Tbk (BBSI) dengan modal inti Rp 508 miliar, serta PT Bank Fama Internasional dengan modal inti Rp 270 miliar. 

Buat Bank Harda, CT Corporation kembali menunjukkan aksi cawe-cawenya dengan mengakuisisi 73,71% saham yang dikempit pengendali Bank Harda yaitu PT Hakimputra Perkasa.  “Transaksi sudah deal, saat ini kami masih menunggu proses izin untuk fit and proper test investornya,” kata Direktur Bank Harda Yohanes Simon kepada KONTAN. 

Aksi CT Corp di Bank Harda ditaksir akan dilanjutkan dengan aksi korporasi lanjutan. Sebab, berbeda dengan skema masuk terhadap Bank Bengkulu, transaksi CT Corp dilakukan atas saham yang sudah ada sehingga Bank Harda tak akan dapat dana segar.

Selanjutnya: Bank Bukopin siap suntik modal Bukopin Syariah Rp 300 miliar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

×