Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Yudho Winarto
Leona menambahkan, pihaknya juga menerima pasien BPJS sejak 2014. Ia mengungkapkan, volume pasien yang datang ke Primaya Hospital lebih didominasi oleh pasien BPJS. Adapun tingkat keterisian atau okupansi Primaya Hospital saat ini berada di tingkat rata-rata 70%.
"Tetapi memang karena pandemi, jumlah pasien BPJS menurun. Hal ini juga terlihat di tingkat nasional. Namun kami sendiri tidak pernah mengalami masalah dalam pembayaran melalui BPJS ini," jelasnya.
Lebih lanjut, sebagai perusahaan yang menjadi salah satu porfotolio perusahaan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG), Primaya mengakui perseroan lebih bisa bergerak cepat berkat pendanaan modal yang diterima.
"Tidak ada perubahan pemegang saham atau manajemen Primaya sama sekali dari pendanaan yang dilakukan oleh Saratoga. Secara komposisi saham dan manajemen masih sama, yang jelas mereka adalah significant partner," jelasnya.
Baca Juga: Tahun ini, Saratoga Investama (SRTG) mulai merambah sektor konsumer dan teknologi
Ia mengatakan, sejak Saratoga masuk dalam pendanaan perseroan pada 2016 pihaknya terus menggenjot ekspansi dan meluaskan jaringannya.
Hingga kini, Primaya memiliki total 13 jaringan rumah sakit yang tersebar di 3 klaster, yakni klaster Bekasi yang terdiri dari Primaya Hospital Bekasi Barat, Primaya Hospital Bekasi Utara, Primaya Hospital Bekasi Timur , Primaya Hospital Karawang, Primaya Hospital Semarang yang akan dibuka pada Juni 2021, dan Primaya Hospital Sukabumi.
Lalu klaster Tangerang yang terdiri dari Primaya Hospital Tangerang, Primaya Hospital Pasar Kemis, Primaya Evasari Hospital, Primaya Hospital Betang Pambelum, Primaya Hospital Pangkal Pinang.
Sedangkan klaster Makassar baru terdiri dari dua jaringan, yakni Primaya Hospital Makassar dan Primaya Hospital Inco Sorowako.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News