Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - KENDARI. Pengusaha tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) menilai holding BUMN Ultra Mikro (UMi) merupakan langkah strategis pemerintah untuk memberdayakan dan memperkuat ekosistem usaha bagi masyarakat menengah ke bawah.
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia, Arsjad Rasjid mengatakan holding UMi selain mengakselerasi inklusi keuangan, juga akan memacu pertumbuhan populasi pengusaha baru di Indonesia. “Saat ini, banyak pelaku usaha di segmen mikro dan ultra mikro yang belum tersentuh layanan jasa keuangan formal. Misalnya, untuk keperluan pinjaman modal guna memperluas dan memperkuat usaha,” kata Arsjad, Selasa (29/6).
Melalui holding akan tercipta percepatan inklusi keuangan, karena aksi korporasi tersebut akan mensinergikan dan mengoptimalkan potensi tiga perusahaan pelat merah yang selama ini dikenal dalam pemberdayaan usaha dan ekonomi masyarakat menengah ke bawah.
Baca Juga: Bank Neo Commerce himpun dana segar Rp 249,82 miliar lewat rights issue
“Pembentukan ekosistem (melalui holding ultra mikro) untuk akselerasi financial inclusion dan menjangkau yang belum terlayani pinjaman (layanan jasa keuangan formal),” ujarnya.
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, hingga akhir tahun 2019, segmen usaha mikro dan ultra mikro mencapai 64,6 juta unit. Jumlah itu setara 98,6% dari total unit usaha secara nasional. Dengan jumlah tersebut, segmen usaha UMi mampu menyedot sekitar 109,8 juta tenaga kerja. Dan, diperkirakan dari total unit usaha itu, baru sekitar setengahnya yang sudah tersentuh jasa industri keuangan formal.
Di sisi lain, Arsjad pun menilai pembentukan holding BUMN UMi adalah aksi korporasi biasa melalui proses inbreng. Sinergi tersebut menyerupai holding lainnya yang pernah ditempuh pemerintah lewat Kementerian BUMN.
Dengan begitu, holding BUMN UMi berbeda dengan akuisisi. Melalui inbreng, lanjut dia, tidak akan menghilangkan peran badan usaha di luar induk. Bahkan, proses holding inbreng akan memperkuat peran masing-masing perseroan. “Ini bukan akuisisi. Ini inisiatif pemerintah untuk klasterisasi BUMN untuk penguatan core business dan value chain,” ujarnya.
Baca Juga: Ada pandemi Covid-19, Bank Banten lakukan penyesuaian rencana bisnis bank
Holding ultra mikro melibatkan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI sebagai induk perusahaan, PT Pegadaian (Persero) serta PT Permodalan Nasional Madani (Persero (PNM).
Arsjad menyatakan proses ini merupakan sinergi perusahaan besar, tetapi dampaknya akan sangat penting bagi masyarakat di tataran bawah yang bergelut di sektor usaha tersebut.
Pengusaha yang telah malang melintang di sektor energi, media, keuangan, dan teknologi meyakini bahwa proses inbreng saham Pegadaian dan PNM terhadap BRI sudah tepat. Kinerja PNM dan Pegadaian diproyeksikan Arsjad semakin prima.
Apalagi, BRI memiliki akses pendanaan dan infrastruktur jaringan yang kuat. Di sisi lain, Pegadaian dan PNM memiliki konsep bisnis yang unik dan bisa semakin berkembang dengan sokongan induk usaha.
Ia mencontohkan perusahaan negara lainnya, yaitu PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) berhasil membentuk holding dan saling memperkuat satu sama lainnya. Bahkan, dengan adanya holding akan semakin tercipta efisiensi.
Hal ini selain akan berpengaruh terhadap kinerja perseroan yang semakin positif, juga dapat memberikan manfaat lebih kepada pelaku usaha ultra mikro karena biaya pelayanan yang semakin murah.
Arsjad menambahkan, pengintegrasian ekosistem BUMN UMi diharapkan dapat mempercepat upaya pemulihan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan usaha ultra mikro di Indonesia yang sangat terdampak pandemi Covid-19. Mengingat, sektor UMKM dan ultra mikro merupakan penopang ekonomi nasional.
Selanjutnya: Bank Mandiri kucurkan pinjaman valas ke Kapuas Prima Coal (ZINC) US$ 96 juta
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News