Reporter: Wafidashfa Cessarry | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
“Harga obligasi bergerak berlawanan dengan imbal hasil. Jadi, saat yield turun, harga naik. Karena tenor ORI028T6 lebih panjang, sensitivitas harganya terhadap penurunan suku bunga juga lebih besar,” paparnya.
Untuk memaksimalkan keuntungan, Josua menyarankan investor menahan ORI028 hingga jatuh tempo agar menikmati kupon stabil, atau menggunakan strategi inti-satelit dengan alokasi di ORI028T3 untuk kestabilan dan ORI028T6 untuk potensi capital gain.
Ia juga menekankan pentingnya reinvestasi kupon ke instrumen berbiaya rendah agar efek majemuk (compound effect) bisa optimal.
Selain itu, Josua menilai pasar sekunder tetap menarik bagi investor aktif yang siap memantau pergerakan yield.
“Pasar sekunder layak dilirik untuk peluang capital gain, tapi perlu disiplin menetapkan target keuntungan dan batas rugi,” ujarnya.
Ke depan, Josua memandang prospek SBN ritel masih positif. Ia memperkirakan minat terhadap seri berikutnya seperti Sukuk Tabungan (ST015) akan tetap tinggi karena profilnya yang saling melengkapi dengan ORI.
Tonton: Medco Energi Indonesia (MEDC) Lunasi Obligasi Senilai Rp 1,89 Triliun
“Seri ORI cocok untuk mengunci tingkat imbal hasil tetap dan potensi capital gain, sementara ST lebih sesuai bagi investor yang mencari fleksibilitas kupon,” kata Josua.
Dengan kombinasi karakteristik tersebut, Josua optimistis penyerapan SBN ritel akan tetap kuat, terutama jika ketidakpastian global berkurang dan imbal hasil acuan domestik terus menurun secara bertahap.
Selanjutnya: Punya Utang Iuran BPJS? Cek, Bisa Dihapus Hingga 24 Bulan ke Belakang!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













