Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Yudho Winarto
Dengan pertimbangan kondisi tersebut dan pergerakan demand saat ini, Pertamina pun memproyeksikan konsumsi LNG dalam negeri akan kembali menurun pada tahun ini. Yakni hanya sebesar 17,6 standard cargo atau 51,02 juta MMBTU.
Cerita sedikit berbeda pada pasar ekspor. Pada tahun lalu, realisasi ekspor LNG sebanyak 60,6 standard cargo atau secara volume 176,78 juta MMBTU. Menurun dibandingkan realisasi tahun 2019 yang tercatat sebesar 72,2 standard cargo atau 209,96 juta MMBTU. Pasar China dan Jepang masih menjadi andalan.
Namun untuk tahun ini, pasar ekspor LNG diproyeksikan bisa lebih membaik dibandingkan tahun lalu, yakni dengan ekspor sebanyak 68,3 standard cargo atau 197,87 juta MMBTU.
Baca Juga: Pertamina terbitkan obligasi global senilai US$ 1,9 miliar
Sebagai informasi, sumber LNG Indonesia masih ditopang oleh Bontang dan Tangguh. Dari LNG Bontang sendiri mampu memproduksi hingga 83,6 standard cargo atau 245 juta MMBTU pada tahun lalu.
Nicke mengatakan, upaya memasarkan LNG ke pasar internasional tetap perlu dilakukan. Meski permintaan dari dua pasar utama yakni China dan Jepang turun terdampak pandemi, namun Pertamina tetap akan menjaga pasar ekspor LNG ke pasar Asia Timur tersebut.
"Pandemi covid-19 membuat demand di (pasar) paling besar Jepang dan China mengalami penurunan signifikan. Namun demikian kita coba tetap maintain pasar luar negeri," jelas Nicke.
Dia juga menegaskan bahwa pengembangan bisnis dan infrastruktur LNG akan terus digarap Pertamina Group. Apalagi untuk menopang program gasifikasi, termasuk dari sisi pembangkitan listrik.