kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Deviden BUMN Ditargetkan Naik, Begini Respons Bank Pelat Merah


Senin, 13 Juni 2022 / 08:00 WIB
Deviden BUMN Ditargetkan Naik, Begini Respons Bank Pelat Merah

Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja bank pelat merah akan tumbuh pesat tahun 2022. Hal ini sejalan dengan target Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang membidik pendapatan deviden dari BUMN meningkat dari Rp 40 triliun tahun lalu menjadi sekitar Rp 45 triliun tahun ini. 

Perbankan merupakan penyumbang utama perolehan negara dari deviden BUMN. Sepanjang 2021, empat bank pelat merah menyumbang deviden Rp 24,56 triliun atau 61,4% dari total dividen perusahaan BUMN. 

PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) optimis akan mencatatkan pertumbuhan kinerja cukup apik tahun ini. Bank spesialis kredit perumahan ini menargetkan laba bersih tumbuh sekitar 12%, lebih tinggi dari target kredit. 

"Pertumbuhan laba didorong lewat ekspansi kredit dan tambahan fee based income, menekan biaya dana, serta dengan melakukan efisiensi," kata Haru Koesmahargyo Direktur Utama BTN pada KONTAN, Jumat (10/6). 

Baca Juga: Ekonomi Mulai Pulih, Penyaluran Kredit Konsumsi Naik 6,4% hingga April 2022

Haru bilang, sebagian perolehan laba itu tentu akan dibagikan sebagai dividen dan sebagian akan dijadikan laba ditahan untuk menambah modal perseroan dalam melakukan ekspansi. Namun, dia menekankan pembagian deviden tentu akan ditetapkan oleh pemegang saham lewat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). 

Pada kuartal I 2022, BTN telah membukukan laba bersih Rp 774 miliar atau tumbuh 23,89% dari periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/YoY). 

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) bisa menorehkan kinerja sepanjang tahun ini lebih baik dari kinerja sebelum pandemi Covid-19.

"Tahun ini, BRI optimis bisa mencatat kinerja melampaui kondisi sebelum pandemi diiringi," kata Sunarso Direktur Utama BRI

Selain karena kinerja kuartal I yang cukup solid, optimisme itu juga didorong oleh manajemen risiko yang baik yang diterapkan BRI dalam menghadapi ketidakpastian global saat ini dan peningkatan rasio dana murah perseroan.

Baca Juga: Laba BUMN Melesat, BTN Sumbang Profit dari Sektor Pembiyaan Perumahan

Bank berkode saham BBRI ini telah menetapkan target kredit tumbuh 9%-11% tahun ini. Sunarso menegaskan bahwa target itu masih optimis bisa dicapai BRI dengan kondisi kecukupan modal dan likuiditas yang masih sangat baik..

Penyaluran kredit tetap akan dilakukan dengan prinsip kehati-hatian sehingga rasio kredit bermasalah atau non performing loan/NLP tetap terjaga rendah yakni di kisaran 2,8% -3%. Sementara margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) ditargetkan 7,6%-7,8% dan biaya kredit (cost of credit/CoC) akan dijaga sekitar 2,8%-3%. 

Adapun kuartal I 2022, BRI membukukan laba bersih Rp 12,16 triliun. Itu meningkat 78,2% dibandingkan periode yang sama tahun 2021 yang mencapai Rp 6,82 triliun. Bahkan, capaian laba tersebut sudah melampaui masa sebelum dampak pandemi Covid-19. Laba bersih  BRI pada kuartal I 2020 yakni sebesar Rp 8,17 triliun. 

PT Bank Mandiri Tbk akan terus melanjutkan strategi untuk mendorong tingkat profitabilitasnya. Untuk mendorong perolehan laba, bank pelat merah ini akan menjaga biaya dana di level yang rendah. 

Sigit Prastowo, Direktur Keuangan Bank Mandiri mengatakan, untuk mempertahankan biaya dana atau cost of fund tetap rendah, perseroan akan meningkatkan peran Livin dan Kopra untuk mendorong dana murah. 

"Ke depannya, Bank Mandiri akan melanjutkan strategi yang telah dilakukan antara lain dengan menjaga cost of fund di level rendah," kata Sigit.

Pada kuartal I 2022, Bank Mandiri berhasil mencetak laba bersih Rp 10 triliun atau tumbuh 70% secara year on year (yoy). 

Kemampuan Bank Mandiri mencetak laba semakin tinggi setelah sempat tertekan dalam di awal-awal pandemi Covid-19. Itu tercermin dari Return in Equity (RoE) atau perbandingan antara laba bersih bank dengan modal sendiri.

Baca Juga: Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Pariwisata Mulai Menggeliat

RoE bank ini kuartal I-2022 mencapai 18,11%, naik 6,25% dari periode yang sama tahun lalu yang tercatat 11,86%. Ini menjadi RoE bank tertinggi di Tanah Air.

Sigit mengatakan, kenaikan ROE ditopang oleh beberapa faktor sebagai hasil dari implementasi strategi yang berkelanjutan. Pada Kuartal I 2022, pendapatan bunga bersih (NII) Bank Mandiri secara konsolidasi mencapai Rp 20,5  triliun atau naik 17,1% yoy. Itu sejalan dengan kredit yang tumbuh 8,9% yoy dan biaya dana yang turun 64 basis poin (bps) ke level 1,35%. 

"Penurunan cost of fund ini terjadi karena keberhasilan Bank Mandiri untuk meningkatkan CASA ratio secara signifikan yang didukung oleh Livin’ dan Kopra menjadi 75% (bank only). Secara konsolidasi NIM Bank Mandiri juga tumbuh sebesar 21 bps menjadi 5,31%," tambah Sigit. 

Selain itu, lanjutnya, Bank Mandiri juga mampu mempertahankan efektivitas biaya operasional, tercermin dari cost to income ratio (CIR) sebesar 40,9% atau turun 478 bps secara yoy. 

Bank Mandiri terus memperbaiki kualitas aset dengan NPL yang menunjukkan perbaikan dari 3,15% di Kuartal I 2021 menjadi 2,66% di Kuartal I 2022 sehingga dapat menghemat CKPN. Cost of Credit (CoC) Bank Mandiri juga turun membaik dari 2,27% di Kuartal I 2021 menjadi 1,57% di Kuartal I 2022.  "Beberapa faktor itulah yang membawa Bank Mandiri dapat membukukan laba bersih hingga Rp 10 triliun pada Kuartal I 2022,"kata Sigit. 

Sementara PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mempertahankan target pertumbuhan kredit pada 2022 mencapai 7%-10% tahun ini. Adapun di kuartal I 2022, capaiannya sudah tumbuh 5,8%. 

“Akselerasi kinerja ini akan didukung oleh rencana penyaluran kredit yang lebih kuat dan berkualitas di semua segmen, serta tren positif ekonomi makro seperti kegiatan ekonomi yang lebih terbuka, dan harga komoditas yang kuat,” kata Direktur Utama BNI Royke Tumilaar baru-baru ini.

BNI melihat likuiditas saat ini memang masih longgar dan cost of fund masih rendah. Apabila suku bunga acuan dari BI mengalami kenaikan, BNI menargetkan tetap menjaga NIM pada kisaran 4.6%-4.8%

Adapun strategi untuk mencapai target itu dengan mengoptimalisasi yield melalui ekspansi kredit dan penyesuaian suku bunga secara selektif, peningkatan eksposur pada pembiayaan konsumer dimana yield dari konsumer dinilai cukup atraktif, fokus ekspansi dana pihak ketiga khususnya untuk dana murah sehingga dapat menekan cost of fund, dan memperbaiki kualitas aset.

Kuartal I 2022, BNI telah meraup laba bersih Rp 3,96 triliun, tumbuh 63,2% YoY.

Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo, Maximilianus Nico Demus melihat, prospek saham perbankan masih sangat positif sejalan dengan pemulihan ekonomi nasional yang terus berlanjut.

"Fundamental ekonomi yang kian membaik jadi faktor pendukung pertumbuhan kredit dan ini merupakan sentimen positif terhadap aktivitas bisnis bank," kata Nico.

Dia bilang, hampir seluruh bank mencatat kinerja positif pada tiga bulan pertama tahun ini. Bahkan, bank digital yang sudah memiliki ekosistem bisnis juga sudah mencatat perbaikan kinerja.

Oleh karena itu, Nico masih merekomendasikan beli untuk saham BBCA dengan target harga Rp 8.359, BMRI dengan target harga Rp 9.169, BBRI dengan target harga 5.199, BBNI dengan target harga Rp 9.192 dan BBTN dengan target harga Rp 2.206.

Namun, potensi kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI)  ke depan diperkirakan akan memberikan dampak tekanan terhadap saham perbankan jangka pendek. Hanya saja kenaikan suku bunga itu biasanya cuma menyebabkan culture shock sesaat saja dan akan pulih baik jangka menengah maupun panjang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×