Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
AKSI DE-DOLARISASI CHINA - Bank sentral China terus melakukan pembelian emas. Dengan demikian, pembelian logam mulia ini sudah berlangsung selama delapan bulan berturut-turut. Pada bulan Juni 2023, China mencatatkan pembelian emas sebanyak 23 ton.
Menurut data resmi yang dikutip oleh Bloomberg, sekarang, People's Bank of China memiliki cadangan 2.330 ton emas.
Melansir Business Insider, penimbunan emas terjadi di tengah upaya negara itu untuk mengikis dominasi dolar secara global serta meningkatnya kegelisahan ekonomi dan geopolitik. Hal inilah yang kemudian dikenal sebagai de-dolarisasi.
Sementara itu, bank sentral lain di seluruh dunia juga membeli emas. Pada tahun 2022, permintaan logam kuning meroket, dan tren tersebut berlanjut hingga tahun ini dengan pembelian kuartal pertama naik 176% setiap tahun.
Meskipun greenback telah menjadi aset cadangan devisa sejak lama, pergeseran penggunaan dolar menyusul adanya sanksi Barat terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina, yang secara efektif memotong Moskow dari US$ 300 miliar cadangan mata uang asingnya.
Baca Juga: Dedolarisasi, Menteri Keuangan AS Bela Dolar
Menurut laporan World Gold Council dari bulan Mei, 62% bank sentral memperkirakan bahwa emas akan menjadi bagian cadangan yang lebih besar dalam lima tahun ke depan. Sementara itu cadangan dolar diperkirakan berkurang, terhitung menjadi sekitar 40%-50%.
Sebuah survei terpisah oleh wadah pemikir Forum Moneter dan Lembaga Keuangan Resmi baru-baru ini menunjukkan bahwa manajer cadangan bank sentral melihat penurunan pangsa dolar menjadi 53% selama dekade berikutnya.
Pekan lalu, Dana Moneter Internasional mengatakan dolar menyumbang 59% dari cadangan global pada kuartal pertama, naik dari posisi 58,6% pada kuartal sebelumnya.
Selain emas, cadangan mata uang asing China juga naik sebesar US$ 16,4 miliar dari bulan Mei. Pada akhir Juni, bank sentral memegang US$ 3,193 triliun.
Baca Juga: Tunggangi Tren Dedolarisasi, China Genjot Pamor Yuan
Mungkinkah de-dolarisasi terjadi?
Mengutip artikel Reuters pada Mei 2023 lalu, de-dolarisasi akan membutuhkan jaringan yang melibatkan eksportir, importir, pedagang mata uang, penerbit utang, dan pemberi pinjaman yang luas dan kompleks untuk secara mandiri memutuskan untuk menggunakan mata uang lain.
Namun, ini agak sulit. Pasalnya, di satu sisi, dolar digunakan hampir 90% transaksi valas global, mewakili sekitar US$ 6,6 triliun pada tahun 2022, menurut data BIS.
Selain itu, sekitar setengah dari semua utang luar negeri dalam dolar, dan setengah dari semua perdagangan global ditagih dalam dolar.
"Fungsi dolar semuanya saling memperkuat," kata Barry Eichengreen, profesor ekonomi dan ilmu politik Berkeley.
Dia menambahkan, "Tidak ada mekanisme untuk membuat bank, perusahaan, dan pemerintah mengubah perilaku mereka pada saat yang bersamaan."
Baca Juga: De-dolarisasi Nyata Terjadi, Ini Tanda-tandanya Menurut JPMorgan
Meskipun mungkin tidak ada satu pun penerus dolar, menjamurnya alternatif dapat menciptakan dunia multikutub.
Ahli strategi BNY Mellon Geoffrey Yu mengatakan negara-negara menyadari bahwa satu atau dua blok aset cadangan yang dominan "tidak cukup terdiversifikasi."
Bank sentral global melihat lebih banyak jenis aset, termasuk utang perusahaan, aset berwujud seperti real estat, dan mata uang lainnya.
"Proses ini sedang berlangsung," kata Mark Tinker, direktur pelaksana Toscafund Hong Kong. "Dolar akan digunakan lebih sedikit dalam sistem global."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News