Reporter: Chelsea Anastasia | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Bobibos, inovasi BBM nabati dari jerami karya anak bangsa, hadir dengan RON 98,1 dan emisi nyaris nol. Diharapkan bisa dorong ekonomi sirkular dan kurangi ketergantungan impor energi.
PT Inti Sinergi Formula memperkenalkan bahan bakar minyak (BBM) berbahan nabati bernama Bahan Bakar Original Buatan Indonesia Bos (Bobibos). Inovasi ini diklaim mampu menghasilkan emisi nyaris nol dengan memanfaatkan jerami padi sebagai bahan baku utama.
BBM Ramah Lingkungan dari Jerami
Founder Bobibos, M Ikhlas Thamrin, menjelaskan bahwa pemilihan jerami didasari pertimbangan harga pokok produksi (HPP) agar tetap terjangkau bagi masyarakat.
“Tujuannya supaya masyarakat bisa menikmati BBM bersih dengan biaya murah,” ujarnya saat ditemui di Jonggol, Jawa Barat, Selasa (11/11/2025).
Sebelumnya, tim peneliti Bobibos telah meneliti berbagai bahan alternatif seperti tebu, singkong, dan mikroalga, namun jerami menjadi satu-satunya bahan yang mampu menghasilkan HPP di bawah batas atas yang ditetapkan perusahaan.
“Kami menetapkan batas atas HPP sejak awal riset. Jika hasil uji melewati batas itu, maka bahan baku dianggap belum feasible,” jelas Ikhlas.
Baca Juga: E10 Siap Jalan 2027, Indonesia Bisa Hemat BBM Hingga 4,2 Juta Kiloliter
Tiga Pilar Riset Bobibos: Teknologi, Komersialisasi, dan Regulasi
Riset pengembangan Bobibos berdiri di atas tiga pilar utama: teknologi, komersialisasi, dan regulasi pemerintah.
Pada aspek teknologi, tim Bobibos merancang mesin biokimia khusus untuk mengekstraksi jerami menjadi bahan bakar nabati melalui lima tahapan proses.
Sementara dari sisi komersialisasi, fokus utama adalah menjaga HPP tetap rendah agar produk kompetitif di pasar.
“Aspek komersialisasi berfokus pada batas atas HPP. Buat apa bahan bakar hebat kalau harganya mahal dan tidak laku di pasar,” tutur Ikhlas.
Dorong Ekonomi Sirkular di Sektor Pertanian
Penggunaan jerami sebagai bahan baku bukan hanya berorientasi energi, tapi juga mendorong ekonomi sirkular di sektor pertanian. Petani dapat menjual beras sebagai produk utama dan jeraminya untuk diolah menjadi bahan bakar.
“Sawah seharusnya bisa menjadi pusat energi sekaligus pusat pangan,” tambah Ikhlas.
Dari sisi regulasi, Bobibos terus berkoordinasi dengan pemerintah melalui pembina proyeknya yang juga anggota DPR, Mulyadi.
Baca Juga: Revisi Perpres LPG 3 Kg Dikebut, Pemerintah Janjikan Harga Merata di 2025
Produksi 300 Liter per Hari, Uji Publik Dimulai Februari 2026
Saat ini, kapasitas produksi Bobibos mencapai 300 liter per hari. Berdasarkan riset, 1 hektare sawah mampu menghasilkan sekitar 9 ton jerami, yang dapat diolah menjadi 3.000 liter bahan bakar nabati.
“Dari 3.000 liter itu, bisa digunakan 1.500 liter untuk bensin dan 1.500 liter untuk solar, tergantung kebutuhan,” jelas Ikhlas.
Uji publik Bobibos direncanakan berlangsung pada Februari 2026 di fasilitas perusahaan di Jonggol, Jawa Barat. Meski begitu, jadwal peluncuran komersial masih menunggu hasil uji lapangan.
Nilai Oktan 98,1 dan Emisi Nyaris Nol
Berdasarkan hasil uji laboratorium Balai Besar Direktorat Jenderal Migas LEMIGAS, Bobibos memiliki nilai oktan (RON) 98,1. BBM ini telah diuji di berbagai kendaraan — mulai dari Honda BeAT, Toyota Alphard, hingga Nissan Navara — dan menunjukkan performa yang stabil dengan emisi gas buang sangat rendah.
Dengan inovasi berbasis jerami ini, Bobibos berpotensi menjadi solusi energi hijau nasional, mengubah limbah pertanian menjadi bahan bakar bernilai tinggi — benar-benar dari sawah untuk energi Indonesia.
Tonton: Bahan Bakar Bobibos Masih Dipertanyakan, Spesifikasinya Belum Jelas!
Kesimpulan:
Inovasi Bobibos menjadi langkah konkret menuju kemandirian energi hijau Indonesia. Dengan memanfaatkan jerami sebagai bahan baku utama, BBM nabati ini bukan hanya menekan emisi hingga nyaris nol, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi petani melalui konsep ekonomi sirkular. Melalui dukungan riset, regulasi, dan kesiapan produksi, Bobibos berpotensi menjadi alternatif energi bersih nasional yang mampu menekan ketergantungan pada impor BBM fosil.
Sumber Data
- Direktorat Jenderal Migas – LEMIGAS
- Kementerian ESDM – Program Biofuel Indonesia
- Data Produksi Jerami Nasional – BPS 2024
Selanjutnya: Dari Gocapan, Harga Saham BUMI Melonjak Ke 198, Analis Tetap Rekomendasi Beli!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













