Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan, penerapan E10 — yakni bahan bakar bensin yang mengandung 10% etanol — berpotensi menghemat konsumsi bahan bakar minyak (BBM) nasional hingga 4,2 juta kiloliter (kL) pada tahun 2027.
“Kalau 10% saja dari total bensin 42 juta kL, berarti kita bisa menghemat sekitar 4,2 juta kL kalau total dengan subsidi,” ujar Bahlil di Jakarta, dikutip Selasa (11/11/2025).
Ia menjelaskan, angka tersebut masih berupa kalkulasi awal, mengacu pada kebutuhan bensin nasional sebesar 40—42 juta kL per tahun, dengan asumsi campuran etanol 10%.
“Kalau kita campur, mandatori itu bisa mengurangi impor kita,” tambahnya.
Indonesia Menuju Mandatori E10
Kebijakan mandatori E10 merupakan bagian dari upaya pemerintah mempercepat transisi energi hijau melalui pemanfaatan bioetanol sebagai pengganti sebagian bahan bakar fosil.
Program ini juga diharapkan mampu memperkuat ketahanan energi nasional dan menekan beban subsidi impor BBM.
Dalam catatan Kontan, Bahlil pernah menyebut bahwa untuk mendukung implementasi E10, Indonesia membutuhkan sekitar 1,4 juta kL etanol.
“Sekitar 1,4 juta kiloliter,” kata Bahlil saat ditemui usai peringatan Hari Pertambangan Nasional di kawasan Monas, Jakarta, Jumat (24/10/2025).
Baca Juga: Update Skutik Yamaha NMAX 2025: Pilihan Warna Segar & Harga November
Kolaborasi dengan Brasil
Untuk mempercepat pengembangan infrastruktur dan teknologi etanol, pemerintah menjajaki kerja sama dengan Brasil, negara yang dikenal paling maju dalam implementasi biofuel.
“Brasil salah satu negara yang transisi energinya cepat, khususnya di bensin. Mereka sudah mandatori etanol E30, bahkan di beberapa negara bagian sudah ada E85 dan E100,” ungkap Bahlil.
Kerja sama ini mencakup transfer pengetahuan, pertukaran pandangan, dan dukungan teknis, khususnya di sektor metanol dan etanol.
“Sifatnya kita menjajaki, tapi untuk metanol-etanol kita saling bertukar pandangan dan saling support,” jelas Bahlil.
Potensi dan Tantangan
Penerapan E10 dinilai berpotensi memberikan manfaat strategis bagi ekonomi dan lingkungan, antara lain:
- Mengurangi ketergantungan impor minyak mentah dan BBM.
- Menekan beban subsidi energi.
- Meningkatkan nilai tambah sektor pertanian melalui pemanfaatan bahan baku bioetanol seperti tebu dan singkong.
- Mendukung target Net Zero Emission 2060.
Tonton: Pertamina Patra Niaga Penuhi Permintaan Pasokan BBM untuk SPBU BP-AKR 100 Ribu Barel
Namun, tantangan utamanya terletak pada ketersediaan bahan baku etanol, infrastruktur distribusi, serta sinkronisasi kebijakan antar sektor — dari pertanian, industri, hingga energi.
Jika mandatori E10 berhasil diterapkan pada 2027, Indonesia akan menjadi salah satu negara di Asia Tenggara yang memiliki campuran biofuel tertinggi di sektor transportasi, setelah Thailand dan Filipina.
Kesimpulan:
Rencana penerapan bensin E10 pada 2027 menjadi langkah penting Indonesia dalam transisi energi hijau sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap impor BBM. Dengan potensi penghematan hingga 4,2 juta kiloliter, kebijakan ini diharapkan memperkuat ketahanan energi nasional dan membuka peluang nilai tambah bagi sektor pertanian. Namun, keberhasilannya akan bergantung pada kesiapan bahan baku etanol, infrastruktur distribusi, serta koordinasi lintas sektor agar implementasi berjalan efektif.
Sumber Data Pendukung:
- Kementerian ESDM – Program Pengembangan Bioetanol Nasional
- Bank Dunia – Biofuel Policies and Energy Transition in Emerging Economies
- Kementerian Luar Negeri RI – Kerja Sama Energi Indonesia–Brasil
Selanjutnya: Penjualan Ritel Melesat Jelang Akhir Tahun, Tanda Daya Beli Mulai Pulih?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













