Reporter: Chelsea Anastasia | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Saat ini, kapasitas produksi Bobibos mencapai 300 liter per hari. Berdasarkan riset, 1 hektare sawah mampu menghasilkan sekitar 9 ton jerami, yang dapat diolah menjadi 3.000 liter bahan bakar nabati.
“Dari 3.000 liter itu, bisa digunakan 1.500 liter untuk bensin dan 1.500 liter untuk solar, tergantung kebutuhan,” jelas Ikhlas.
Uji publik Bobibos direncanakan berlangsung pada Februari 2026 di fasilitas perusahaan di Jonggol, Jawa Barat. Meski begitu, jadwal peluncuran komersial masih menunggu hasil uji lapangan.
Nilai Oktan 98,1 dan Emisi Nyaris Nol
Berdasarkan hasil uji laboratorium Balai Besar Direktorat Jenderal Migas LEMIGAS, Bobibos memiliki nilai oktan (RON) 98,1. BBM ini telah diuji di berbagai kendaraan — mulai dari Honda BeAT, Toyota Alphard, hingga Nissan Navara — dan menunjukkan performa yang stabil dengan emisi gas buang sangat rendah.
Dengan inovasi berbasis jerami ini, Bobibos berpotensi menjadi solusi energi hijau nasional, mengubah limbah pertanian menjadi bahan bakar bernilai tinggi — benar-benar dari sawah untuk energi Indonesia.
Tonton: Bahan Bakar Bobibos Masih Dipertanyakan, Spesifikasinya Belum Jelas!
Kesimpulan:
Inovasi Bobibos menjadi langkah konkret menuju kemandirian energi hijau Indonesia. Dengan memanfaatkan jerami sebagai bahan baku utama, BBM nabati ini bukan hanya menekan emisi hingga nyaris nol, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi petani melalui konsep ekonomi sirkular. Melalui dukungan riset, regulasi, dan kesiapan produksi, Bobibos berpotensi menjadi alternatif energi bersih nasional yang mampu menekan ketergantungan pada impor BBM fosil.
Sumber Data
- Direktorat Jenderal Migas – LEMIGAS
- Kementerian ESDM – Program Biofuel Indonesia
- Data Produksi Jerami Nasional – BPS 2024
Selanjutnya: Dari Gocapan, Harga Saham BUMI Melonjak Ke 198, Analis Tetap Rekomendasi Beli!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













