Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan tambang batubara PT Bumi Resources Tbk terus menggeber agenda ekspansi di sektor hilirisasi berupa proyek gasifikasi batubara menjadi metanol. Diversifikasi bisnis pun juga digalakan oleh emiten berkode saham BUMI tersebut.
Sebagai informasi, BUMI melalui anak usahanya PT Kaltim Prima Coal (KPC) menggarap pembangunan fasilitas pengolahan batubara menjadi metanol di Bengalon, Kalimantan Timur. Di proyek tersebut, BUMI selaku bagian dari Grup Bakrie berkolaborasi dengan Ithaca Group dan Air Product.
Proyek ini sendiri sedang berada dalam tahap finalisasi studi kelayakan dan skema bisnis. Nantinya, KPC akan berperan sebagai pemasok batubara untuk fasilitas gasifikasi tersebut. “Proyek ini berada di jalur yang tepat untuk kemungkinan commissioning sekitar tahun 2024,” imbuh Director & Corporate Secretary Bumi Resources Dileep Srivastava, hari ini (1/2).
Baca Juga: Bumi Resources (BUMI) membidik produksi batubara 90 juta ton pada 2021
Dalam catatan Kontan, kebutuhan batubara yang mesti disediakan oleh KPC untuk proyek gasifikasi di Bengalon sekitar 5 juta ton—6,5 juta ton per tahun dengan kualitas GAR 4.200 kcal/kg. Ketika beroperasi, pabrik tersebut dapat menghasilkan 1,8 juta ton per tahun metanol.
Selain itu, BUMI juga memiliki proyek gasifikasi batubara menjadi metanol yang dilaksanakan oleh anak usaha lainnya, PT Arutmin Indonesia. Pabrik metanol tersebut berlokasi di IBT Terminal, Pulau Laut, Kalimantan Selatan.
Dileep bilang, proyek gasifikasi tersebut ditargetkan menjalani proses commissioning pada tahun 2025 nanti. Adapun saat ini, proyek tersebut berada dalam tahap pra studi kelayakan. “Arutmin akan memasok batubara untuk pabrik metanol tersebut,” tuturnya.
Asal tahu saja, batubara yang dibutuhkan untuk memproduksi metanol di sana mencapai 6 juta ton per tahun dengan kualitas GAR 3.700 kcal/kg. Pabrik metanol ini nantinya dapat menghasilkan metanol sebanyak 2,8 juta ton per tahun.
Sayangnya, ia belum bisa mengungkapkan nilai dana investasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan proyek-proyek gasifikasi batubara menjadi metanol ini.
Yang jelas, proyek gasifikasi batubara menjadi metanol yang dikerjakan oleh BUMI menjadi salah satu proyek penting bagi pemerintah yang sedang menggencarkan hilirisasi minerba. Sebab, metanol dapat dimanfaatkan sebagai pengganti impor gasoline di Indonesia. Selain itu, metanol juga bisa diperuntukan sebagai subtitusi sejumlah bahan baku kimia, misalnya olefin.
Dileep melanjutkan, di luar proyek gasifikasi batubara, BUMI juga fokus pada diversifikasi bisnis melalui pengembangan tambang emas anak usahanya PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS). Perusahaan ini sedang gencar melakukan ekspansi penambahan kapasitas pabrik pengolahan emas sekaligus pengeboran tambang emas di sejumlah daerah, seperti Poboya, Palu dan Motomboto, Gorontalo.
“Kami juga meningkatkan efisiensi, pertumbuhan, dan kinerja operasi secara keseluruhan dalam investasi pada entitas asosiasi PT Darma Henwa Tbk,” tambah dia.
Sekadar catatan, emiten berkode saham DEWA tersebut turut berpartisipasi dalam sejumlah proyek jasa penambangan non batubara di tahun ini. Contohnya, proyek penambangan seng dan timah di Dairi, Sumatera Utara dan proyek penambangan emas dan tembaga di Palu, Sulawesi Tengah.
Adapun terkait target kinerja operasional, Dileep menyebut bahwa di tahun ini BUMI akan memproduksi batubara sekitar 85 juta ton—90 juta ton. Jumlah ini meningkat dibandingkan capaian produksi batubara BUMI di tahun lalu yang berada di kisaran 83 juta ton.
Selanjutnya: Bumi Resources (BUMI) bayar bunga pinjaman senilai US$ 3,2 juta
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News