kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Begini strategi investasi dana pensiun pada tahun ini


Kamis, 04 Maret 2021 / 11:10 WIB
Begini strategi investasi dana pensiun pada tahun ini

Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Membaiknya pasar saham membuat para penyelenggara dana pensiun kembali melirik instrumen saham dan reksadana sebagai strategi investasi di 2021. Selain itu, seiring membaiknya IHSG, portfolio dana pensiun di instrumen saham di Januari mulai naik.

Asosiasi Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) mengungkapkan, untuk DPLK, karena yang memilih investasi adalah peserta sehingga perubahan investasi akan lebih banyak di drive oleh minat dari peserta.

"DPLK selama ini sudah memberikan informasi terkait perkembangan arahan investasi, tinggal risk appetite dari masing-masing peserta DPLK," ujar Ketua Umum Perhimpunan DPLK Nur Hasan kepada kontan.co.id, Rabu (3/3).

Baca Juga: Ini strategi Bank Kalsel dorong pertumbuhan kinerja 2021

Nur Hasan mengatakan, pada tahun lalu DPLK tumbuh kurang lebih 11%, untuk tahun ini pihaknya memperkirakan Asset DPLK bisa tumbuh antara 15%-20%. "Untuk itu strategi dari DPLK adalah memberikan edukasi dan informasi terkait dengan investasi dan risikonya kepada masing-masing peserta,"tambahnya. 

Selain itu Nur Hasan menyebut, kasus dugaan korupsi Pengelolaan Keuangan dan Dana Investasi di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan di nilai tidak akan mempengaruhi strategi investasi dari dana pensiun.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) Bambang Sri Muljadi mengatakan, strategi investasi di dana pensiun tentu akan mengalami perubahan walaupun tidak signifikan. 

"Alokasi di deposito untuk Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) memang tidak terlalu besar hanya untuk memenuhi kebutuhan likuiditas satu tahun itupun disokong dengan investasi pada Pasar Uang," ungkap Bambang.

Baca Juga: Bank Syariah Indonesia jajaki kerja sama dengan Dubai Islamic Bank

Ia menyebut, proyeksi pertumbuhan dipastikan masih akan tumbuh rata-rata 6%-7%. "Strategi investasi di tahun 2021 tentu akan memanfaatkan momen kenaikan harga saham walaupun tambahan portofolio di saham juga tidak besar," katanya.

Bambang juga menyatakan bahwa kasus di BPJS Ketenagakerjaan tidak mempengaruhi strategi investasi di Dana Pensiun karena dapen telah memiliki pedoman investasi yang baku sesuai dengan regulasi dan kebijakan kepengurusan di dapen.

Sementara itu Dana pensiun lembaga keuangan (DPLK) Syariah Muamalat mencatat, return saham, baik IHSG maupun indeks syariah justru mengalami penurunan rata-rata sekitar 2%. Adapun pada Februari 2021 baru mengalami kenaikan rata2 sekitar 6%. 

Senior Vice President & Executive DPLK Syariah Muamalat Sulistyowati mengatakan, tidak banyak perubahan alokasi asset dalam pengelolaan investasi DPLK Muamalat, karena semua itu pilihan peserta.

"Jadi dari peserta tidak ada gejolak untuk memindahkan paket investasinya. Porsi investasi per Februari 2021 untuk deposito 69%, produk pasar modal 31%," ujar Sulistyowati.

Baca Juga: Meski risiko kredit naik, bank meyakini NPL tahun ini tetap terjaga

Pihaknya juga menargetkan pertumbuhan dana kelolaan sebesar 8%-10% pada tahun ini, hampir sama dengan pertumbuhan di tahun 2020.

Ia mengungkapkan, strategi investasi dana pensiun pada 2021 lebih mengedepankan kualitas portfolio, mengingat pergerakan ekonomi dan investasi masih berada dalam kondisi ketidakpastian.

Sementara itu dengan kasus dugaan korupsi Pengelolaan Keuangan dan Dana Investasi di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan menurutnya, murni penurunan investasi (unrealized gain) yang juga dialami financial institution lainnya. Portfolio saham mereka sebagian besar pada LQ45 yang sebelumnya mengalami penurunan karena penurunan harga saham dan saat ini berangsur mengecil.

"Bagi kami, ini bisa jadi pelajaran tidak ada yang bisa memprediksi pergerakan pasar saham, karena itu, porsi kami di saham tidak terlalu besar (kurang dari 10%)," imbuh Sulistyowati.

Selanjutnya: Pada awal tahun, BRI salurkan KUR senilai Rp 11,36 triliun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

×