kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Begini gambaran hidup bersama virus Covid-19, jika corona tak bisa hilang


Selasa, 27 Juli 2021 / 10:20 WIB
Begini gambaran hidup bersama virus Covid-19, jika corona tak bisa hilang
ILUSTRASI. Covid-19 telah menginfeksi lebih dari 180 juta orang dan menyebabkan empat juta kematian secara global. KONTAN/Baihaki/25/11/2020

Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Masker telah umum dipakai di beberapa negara Asia, tapi tidak di bagian dunia yang lain. Survei tentang kemungkinan negara-negara Barat mewajibkan penggunaan masker cukup meragukan. 

Amerika Serikat, contohnya, mengangkat kewajiban pemakaian masker pada April, dan tingkat pemakaiannya pada orang-orang yang sudah divaksin secara penuh menurun dari 74 persen ke 63 persen, menurut Indeks Coronavirus Axios-Ipsos. 

Survei yang sama menemukan tingkat pemakaian masker juga menurun di antara orang-orang yang belum divaksin. Beberapa pihak mendukung agar pemerintah mengimbau pemakaian masker di dalam ruangan sebagai bagian dari kampanye kesehatan publik, tapi beberapa pihak lain mengatakan ini sepenuhnya terserah kepada masing-masing individu. 

Beberapa orang juga mengatakan pemakaian masker adalah tanda kesopanan umum, terutama di transportasi publik atau tempat-tempat ramai.  

Baca Juga: Kenali long covid, ciri-ciri serta cara mencegah dan mengatasinya

Bagaimana dengan perjalanan internasional?

Saat ini, banyak pemerintahan terjebak dalam dilema antara kejatuhan ekonomi bila perbatasan negara ditutup untuk perjalanan non-esensial dan kebutuhan untuk melindungi populasi dari virus. 

Negara berbeda punya aturan berbeda, dan pakar seperti Profesor Heymann mengkritik apa yang ia sebut sebagai koordinasi payah secara global. 

"Dengan distribusi vaksin yang tak merata, WHO tidak akan merekomendasikan 'paspor vaksin', namun saya melihat beberapa negara akan menggunakannya," ujarnya. 

"Tentu tidak etis mewajibkan sertifikat vaksinasi bila orang-orang tidak bisa melakukan perjalanan, apalagi jika mereka tidak bisa divaksin karena alasan tertentu." 



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

×