Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Beberapa negara dan wilayah telah mencoba mengetatkan aturan perjalanan saat tingkat infeksi dan layanan rumah sakit naik.
Meskipun langkah ini terbukti membantu melambatkan penyebaran virus dan meringankan beban sistem kesehatan, lockdown membawa konsekuensi ekonomi, termasuk meningkatnya jumlah pengangguran.
Apakah karantina wilayah masih akan menjadi bagian dari skenario endemik?
Ini tergantung pada kesuksesan program vaksinasi dalam mengurangi tingkat keterisian rumah sakit di setiap negara, kata para ahli. Dalam beberapa bulan terakhir kita telah melihat karantina wilayah, baik secara lokal maupun nasional, di seluruh dunia: Australia, misalnya, me-lockdown tujuh kota, sementara Bangladesh memilih untuk membatasi pergerakan di seluruh negara.
"Sejauh yang memungkinkan, karantina wilayah akan menjadi bagian dari langkah penting bagi pemerintah sebuah negara dalam menghadapi penyebaran kasus," ujar Nicholas Thomas, profesor di bidang keamanan kesehatan di City University Hong Kong, kepada Bloomberg.
Baca Juga: Waspada! Jamur hitam India sudah masuk Indonesia, ini gejalanya
Apakah kita harus terus memakai masker?
Beberapa aturan dalam menghadapi pandemi memicu kontroversi, seperti kewajiban memakai masker. Di Amerika Serikat, aturan ini bahkan menjadi perdebatan politik dalam Pemilu Presiden 2020.
Tapi kebijakan ini sangat disarankan oleh para ilmuwan, sebagai salah satu cara menahan penyebaran Covid-19, bahkan di area dengan tingkat vaksinasi tinggi.
"Jelas kita tidak bisa langsung memberlakukan karantina wilayah setiap kali ada lonjakan kasus," kata ahli perilaku publik Christina Gravert dari University of Copenhagen.
"Tapi sangat masuk akal untuk terus menghimbau orang-orang yang sakit untuk menjauh dari transportasi publik dan bekerja dari rumah, atau setidaknya memakai masker saat berada di sekitar orang lain."