Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan mengalami pertumbuhan cukup tinggi tahun lalu. Pertumbuhan tersebut tidak hanya ditorehkan oleh bank-bank besar, namun bank kecil dan menengah juga mencatatkan hal serupa.
Namun jika dibedah lebih dalam, pertumbuhan dana bank kecil dan menengah masih ditopang oleh kenaikan dana mahal. Apalagi porsi dana di kelompok bank ini memang masih didominasi deposito. Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia, DPK perbankan tercatat tumbuh 11,3% per November 2020.
DPK Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) III tercatat naik 4,4%, BUKU II tumbuh 8,2%, sedangkan BUKU I turun 57,4% seiring dengan berkurangnya jumlah bank di kelompok ini karena naik kelas.
Baca Juga: AAUI: Bila tidak jual PAYDI, asuransi umum bisa mati setelah penerapan IFRS 17
Rasio dana murah atau Current Account Savings Account (CASA) bank BUKU III ada di level 44,9% pada periode tersebut, sedikit naik dari periode November 2019 yakni 43,9%. CASA bank BUKU II turun dari 46,9% ke 46,1%. Adapun rasio dana murah bank BUKU I mencapai 42,04%.
Sejumlah bank menengah bakal berupaya untuk mendorong agar porsi dana murahnya semakin meningkat. Contohnya PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN). Tahun lalu, porsi CASA bank ini turun ke level 41% dari 43% tahun sebelumnya. Tahun 2021 ini, BTN menargetkan porsi dana murah naik ke kisaran 43%-44%.
Direktur Distribution & Retail Funding Bank BTN Jasmin menjelaskan, penurunan porsi CASA tahun lalu disebabkan oleh pertumbuhan DPK perseroan yang cukup tinggi mencapai 23,84% ke Rp 279 triliun. Secara nominal, jumlah dana murah bank ini masih meningkat dari Rp 97 triliun ke Rp 114 triliun.
Baca Juga: Sepanjang 2020, Investree restrukturisasi pinjaman UKM sebesar Rp 9,86 miliar
Agar biaya dana turun di tengah penurunan porsi CASA itu, BTN membenahi tabungan yang memiliki bunga mahal. "Bunga tabungan kami turunkan dan kami memfokuskan agar bagaimana tabungan dipakai sebagai tempat transaksi," jelas Jasmin pada KONTAN, Jumat (5/2).
BTN terus bertransformasi agar semakin dikenal sebagai bank tabungan, bukan hanya sebagai bank spesialis Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) saja. Salah satu strateginya adalah dengan melakukan pengembangan fitur-fitur baru pada layanan mobile banking dan internet banking.
PT Bank Woori Saudara Tbk (BWS) mencatatkan peningkatan DPK per November 2020, namun rasio CASA-nya turun ke 24,12% dari 35,6% pada periode yang sama tahun sebelumnya. Direktur Business Support Bank Woori Sadhana Priatmadja menjelaskan, dana murah perseroan masih didominasi giro. Sementara pada bulan November terjadi penarikan giro yang cukup besar oleh perusahaan untuk bertransaksi sehingga porsi CASA menurun.
Tahun ini, BWS menargetkan komposisi CASA sekitar 38%. Sadhana bilang, pihaknya akan berupaya mendorong porsi tabungan ke depan. Untuk mencapai itu, BWS sudah menerbitkan tabungan cerdas dengan target market kaum melenial dengan fitur produk elektronik /digital.
Selain itu, BWS juga telah menyederhanakan proses transaksi-transaksi mobile banking tanpa mengurangi risiko operasional agar nasabah lebih mudah bertransaksi dan mengimplementasikan customer on board (COB) yang dipergunakan marketing officer agar proses pembukaan rekening bisa dilakukan di tempat nasabah tanpa harus ke kantor bank.
Baca Juga: Bank Tabungan Negara (BBTN) catat lonjakan penyaluran KPR subsidi di semester II 2020
PT Bank Oke Indonesia Tbk akan mengoptimalkan mobile banking dan internet banking yang sudah dimiliki saat ini agar memudahkan nasabah melakukan transaksi. Dengan begitu, jumlah dana murah diharapkan bisa terus meningkat.
Porsi dana murah bank ini per Desember 2020 tercatat sebesar 20%, turun dari tahun sebelumnya dengan porsi 22,4%. "Naik turunnya CASA karena banyak client yang memakai rekening tabungan sebagai rekening transactional bisnis," kata Wakil Direktur Utama Bank Oke Indonesia Hendra Lie.
Meskipun porsi CASA turun, Bank Oke masih berhasil menurunkan biaya dana ke level 6,08% tahun lalu dari 6,53% pada tahun 2019. Tahun ini, perseroan akan menjaga CASA di kisaran 20% tahun ini.
Selanjutnya: Sebanyak 27 bank swasta nasional masih memiliki modal inti di bawah Rp 2 triliun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News