Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank-bank besar di Tanah Air sukses menorehkan kinerja ciamik sepanjang paruh pertama 2021. Laba bersih yang mereka bukukan melonjak secara tahunan meskipun masih dihadapkan dengan kondisi pandemi Covid-19.
Pertumbuhan kinerja tersebut tidak lepas dari strategi efisiensi yang dilakukan bank di tengah tekanan, penurunan biaya dana atau cost of fund (CoF), dan masih relatif terjaganya kualitas aset.
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tercatat mengantongi laba paling besar yakni mencapai Rp 14,4 triliun. Disusul Bank Mandiri dengan capaian Rp 12,5 triliun. Namun, secara pertumbuhan, Bank Mandiri masih jawara karena berhasil tumbuh 21,4% year on year (YoY). Sedangkan BCA hanya tumbuh 18,1%.
Di posisi selanjutnya ada CIMB Niaga dengan perolehan laba bersih Rp 2,1 triliun atau tumbuh 24,6 %, lalu Bank Panin dengan laba Rp 1,4 triliun atau tumbuh 8,3% dan PT Bank Danamon Indonesia Tbk mengantongi laba Rp 998 miliar atau tumbuh 18%.
Sedangkan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) masih belum merilis laporan keuangan semester I.
Bank beraset jumbo lain yang masuk di kelompok BUKU III juga mencetak pertumbuhan positif. PT Bank BTPN Tbk (BTPN) mencetak laba Rp 1,64 triliun atau meningkat 46,9%, dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) mencatat kenaikan 19,87%.
Hanya Bank OCBC yang tercatat mengalami penurunan laba bersih pada semester I sebesar 6% secara tahunan. Namun, secara kuartalan kinerjanya membaik di mana laba kuartal II tumbuh 86% dari kuartal I.
PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) misalnya mencatatkan pertumbuhan net profit sejalan dengan pendapatan bunga bersih dan pendapatan berbasis komisi (fee based income/FBI) sama-sama tumbuh masing-masing 21,5% dan 17,2%.
Net Interest Margin (NIM) Bank Mandiri meningkat jadi 5,05% dari posisi 4,93% pada Juni 2020 seiring dengan penurunan CoF bank only dari 2,5% menjadi 1,7%. Penurunan biaya dana itu karena perseroan mampu menjaga tren pertumbuhan dana murah.
PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) menjadi salah satu penyumbang pertumbuhan kinerja Bank Mandiri. Anak usahanya itu meraup pertumbuhan laba bersih 34,3% YoY.
Hery Gunardi Direktur Utama BSI mengatakan, profitabilitas sukses tumbuh karena BSI sudah beradaptasi setelah mempelajari kondisi pandemi yang berlangsung lebih dari selama satu setengah tahun terakhir.
"Kami melakukan cost efisiensi dan juga bisa menjalankan bisnis tanpa ketemu nasabah lewat layanan digital. Faktor kedua yang mendorong profitabilitas ini karena kami sudah melakukan pencadangan sangat besar tahun lalu sehingga tekanan untuk melakukan pencadangan tahun ini tidak sebesar tahun 2020," katanya dalam konferensi pers, Jumat (30/7).
Bank Mandiri melihat Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) akan berdampak pada daya beli masyarakat. Namun, perseroan masih optimistis bisa mencapai rencana bisnis bank (RBB) yang sudah ditetapkan tahun ini.
Darmawan Junaidi, Direktur Utama Bank Mandiri mengatakan, optimisme tersebut setelah berkaca dari capaian semester I. Dalam menyalurkan kredit, perseroan akan selektif dengan memasukkan ke sektor-sektor potensial. BSI juga tidak merevisi RBB tahun dan optimis bisa mencapai target laba bersih sebesar sekitar Rp 2,9 triliun- Rp 3 triliun.
Sementara PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) mencatatkan pertumbuhan laba bersih 22,2% YoY. Presiden Direktur CIMB Niaga Tigor M Siahaan mengatakan, pertumbuhan itu didorong oleh
kenaikan pendapatan operasional sebesar 8,7% yoy, serta stabilnya biaya operasional sehingga cost to income ratio (CIR) turun 45,1%. “Walau kinerja menggembirakan pada semester I , kami optimistis dengan tetap berhati-hati di tengah meningkatnya kembali wabah Covid-19,” ujarnya.
Kinerja BTN juga tidak lepas dari penurunan biaya dana dan perbaikan kualitas aset. Biaya dana bank ini turun dari 5,16% pada Juni 2020 ke level 3,45% per Juni 2021, sedangkan NPL turun dari 4,71% menjadi 4,1%.
BTN optimistis bisa mengejar target kredit tumbuh 6%-7% hingga pengujung 2021 meskipun PPKM menekan laju kredit perseroan yang sudah mulai lari kencang di kuartal II.
Namun, target laba akan direvisi karena perseroan melihat kredit yang direstrukturisasi masih butuh waktu untuk bangkit sehingga perseroan harus menyiapkan pencadangan.
“BTN mencoba untuk meningkatkan laba dan menjaga sustainability pada saat yang sama. Jadi target laba, kita ingin tumbuh sesuai pertumbuhan pinjaman. Kalau bisa capai Rp 2 triliun. Kita usahakan,” kata Direktur Utama Bank BTN Haru Koesmahargyo, Rabu (28/7).
Saat ini, BTN telah memiliki pencadangan NPL covarege ratio di level 120,72% lebih tinggi dibandingkan paruh pertama 2020 sebesar 107,9%.
Haru bilang, ada kemungkinan pencadangan akan ditambah sesuai dengan perkembangan kolektabilitas kredit perseroan. BTN akan menjaga rasio non performing loan (NPL) sekitar 3,8%- 3,9% sampai akhir tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News