Sumber: Global Times | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) akan meningkatkan penggunaan alat simulator untuk pelatihan pilot tempur karena lebih efisien dan hemat biaya.
Penggunaan alat simulator juga memungkinkan para pilot untuk melakukan lebih banyak skenario tempur yang sulit dilakukan dengan pesawat sungguhan.
Dilansir dari Global Times, akun WeChat No. 34 Military Room yang berafiliasi dengan PLA pada Minggu (18/7) menuliskan, penggunaan simulator memang layak untuk peningkatan efisiensi.
Baca Juga: China latihan pendaratan amfibi, sehari pasca pesawat militer AS mendarat di Taiwan
Angkatan Udara China mulai menggunakan simulator untuk melatih pilot pada 2019. Di 2020, mereka mendirikan pusat simulasi pelatihan dan semakin dimaksimalkan penggunaannya.
Dalam laporan itu, Yang Peng, petugas staf pelatihan, menyebutkan, simulator jauh lebih hemat biaya dibandingkan dengan pesawat sungguhan yang membutuhkan biaya bahan bakar penerbangan, perawatan, dan suku cadang.
Karena biaya tinggi, pilot mendapatkan lebih sedikit kesempatan untuk berlatih dengan pesawat sungguhan. Dengan simulator, pilot memiliki lebih banyak kesempatan untuk berlatih.
Mulai tahun ini, pilot akan menggunakan jenis simulator yang terintegrasi dengan kecerdasan buatan yang membantu pelatihan. Kecerdasan buatan tersebut bahkan disebut lebih unggul dari pilot manusia.
Pakar militer menilai, simulator membantu meningkatkan keterampilan dan melatih kesadaran situasional pilot dalam mengembangkan taktik baru.
Baca Juga: Terbuka kemungkinan bagi militer China menyerang Taiwan dari segala penjuru
Simulator pilot juga bisa terintegrasi dengan simulator latihan divisi lain pada waktu yang sama. Dengan ini, latihan militer secara virtual sangat mungkin untuk dilakukan.
Sebuah brigade yang tergabung dalam Grup Angkatan Darat ke-83 PLA telah mendirikan lebih dari 10 ruang simulasi pelatihan VR untuk instruksi di berbagai bidang, termasuk keterampilan tempur individu dan tindakan dan komando terkoordinasi.
Pasukan peluncur roket juga menggunakan teknologi simulasi serupa untuk berlatih peluncuran rudal. Metode ini sempat digunakan selama latihan pada pertengahan Maret.
Pemanfaatan teknologi simulator ini cukup menunjukkan bagaiman kemampuan militer China telah berkembang sangat jauh. Bukan sekadar jumlah armada, tetapi juga kemampuan alat pendukungnya.
Kemampuan individu tentaranya juga dipastikan akan terus meningkat seiring bertambahnya metode latihan yang dilakukan.
Selanjutnya: Menyebar ranjau laut dengan pesawat jadi taktik baru China hadapi gangguan asing
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News