kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Uni Eropa: Tidak ada bukti masker untuk cegah COVID-19 timbulkan risiko kesehatan


Selasa, 09 November 2021 / 18:55 WIB
Uni Eropa: Tidak ada bukti masker untuk cegah COVID-19 timbulkan risiko kesehatan

Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - BRUSSELS. Uni Eropa (UE) memastikan, tidak ada bukti konklusif tentang risiko kanker dari memakai masker wajah sintetis. Mereka terus mendesak semua orang tetap menggunakan masker untuk mencegah Covid-19.

Pernyataan UE ini merupakan respons atas laporan badan kesehatan masyarakat Belgia, Sciensano pada Oktober lalu yang menyebutkan, ada kandungan titanium dioksida (TiO2) pada masker sintetis.

Dilansir dari Reuters, zat TiO2 umumnya digunakan sebagai pewarna putih dan bahan anyaman dalam masker dan produk tekstil, serta tabir surya, cat, juga produk makanan seperti sup dan permen karet.

Temuan awal Sciensano mengatakan, ada risiko kesehatan pada jenis masker yang mereka periksa. Namun, penelitian lebih lanjut masih perlu dilakukan. Mereka merekomendasikan agar penggunaan titanium dioksida dalam masker dibatasi sampai ada bukti konklusif.

Baca Juga: FAO: Harga pangan global saat ini ada di level tertinggi dalam satu dekade

Kepada Reuters, Joris Van Loco, salah satu penulis laporan tersebut, mengatakan, partikel TiO2 ditemukan di sebagian besar masker yang umum digunakan, termasuk model tekstil yang bisa digunakan kembali dan sekali pakai, masker bedah, juga respirator FFP.

Menanggapi laporan tersebut, Menteri Kesehatan Belgia Frank Vandenbroucke meminta masyarakat untuk terus menggunakan masker karena tidak ada bukti bahwa produk itu menimbulkan risiko kesehatan yang serius.

Vandenbroucke juga menyatakan, Pemerintah Belgia akan meminta semua produsen masker untuk membuktikan keberadaan titanium dioksida dalam produk mereka.

Saat ini, Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC), yang ada di bawah WHO, memang mencantumkan titanium dioksida sebagai kemungkinan karsinogen.

Baca Juga: WHO: Sekali lagi, Eropa jadi pusat pandemi Covid-19

Menurut Komisi Eropa, saat ini tidak ada bukti yang menunjukkan ada titanium dioksida dalam masker yang menimbulkan risiko kesehatan dan meminta semua orang untuk tetap menggunakan masker.

"Tidak dapat disimpulkan bahwa masker wajah FFP atau masker bedah, yang mungkin mengandung TiO2, bisa menimbulkan risiko bagi kesehatan," kata juru bicara Komisi kepada Reuters.

Keberadaan zat karsinogen pada masker telah menjadi perhatian badan kesehatan masyarakat Belgia sejak Februari lalu.

Mereka menyarankan masyarakat untuk tidak menggunakan masker yang sebelumnya didistribusikan secara gratis, setelah diketahui mengandung nanopartikel perak dan TiO2.

Komisi Eropa juga telah mengusulkan agar penggunaan TiO2 dalam makanan dilarang secepat mungkin, setidaknya pada pertengahan 2022.

Usulan ini disampaikan setelah badan keamanan pangan Uni Eropa mengatakan zat itu tidak lagi aman karena efek karsinogenik tidak dapat dikecualikan ketika tertelan.

Selanjutnya: Ribuan orang di Selandia Baru berunjuk rasa menentang aturan wajib vaksin Covid-19

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

×