Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Hampir tiga minggu sejak bencana tersebut, belum ada agka pasti korban tewas terakhir di Turki. Para pejabat belum mengatakan berapa banyak mayat yang mungkin masih terperangkap di bawah reruntuhan.
Seorang petugas pemadam kebakaran yang membantu membersihkan puing-puing di kota Antakya yang terpukul parah mengatakan ada bagian tubuh yang ditemukan setiap hari.
"Ini sangat sulit. Anda tidak bisa mengatakan kepada seorang pria untuk terus bekerja jika dia mengangkat lengan seseorang," kata petugas pemadam kebakaran yang menolak disebutkan namanya itu.
Menurut otoritas manajemen bencana Turki, hampir dua juta orang yang kehilangan tempat tinggal akibat bencana tersebut. Mereka ditempatkan di tenda-tenda, rumah kontainer, dan fasilitas lainnya di wilayah tersebut dan di bagian lain negara itu.
Baca Juga: Kontraktor Turki Terancam Bayar Ganti Rugi atas Bangunan yang Tidak Tahan Gempa
Lebih dari 335.000 tenda telah didirikan di zona gempa dan pemukiman rumah kontainer didirikan di 130 lokasi, sementara hampir 530.000 orang telah dievakuasi dari daerah yang terkena dampak, tambahnya.
Namun di dekat Antakya, Omran Alswed, warga Suriah, dan keluarganya masih tinggal di tempat penampungan darurat.
“Rumah kami rusak berat sehingga kami berlindung di sini, di taman di lingkungan kami,” kata Alswed.
"Masalah terbesar adalah tenda. Sudah 19 hari dan kami belum menerima satu pun tenda. Kami juga mengajukan permohonan untuk pindah ke kamp tenda tetapi mereka mengatakan yang terdekat sudah penuh," katanya.
Satu-satunya desa etnik Armenia yang tersisa di Turki, Vakifli, dilanda gempa parah, dengan 30 dari 40 rumah batu rusak berat.
"Vakifli adalah satu-satunya desa Armenia di Turki. Ini adalah rumah kami. Melihatnya seperti ini membuat saya sedih," kata Masis, seorang pensiunan perhiasan berusia 67 tahun, yang kembali ke kampung halamannya setelah menghabiskan 17 tahun di Istambul.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News