kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.934   1,00   0,01%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Transaksi uang elektronik kartu diprediksi naik pada bulan Ramadan


Jumat, 16 April 2021 / 05:15 WIB
Transaksi uang elektronik kartu diprediksi naik pada bulan Ramadan

Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki bulan Ramadan, transaksi pembayaran diproyeksi akan tumbuh sejalan dengan meningkatnya aktivitas masyarakat. Tanpa terkecuali transaksi menggunakan kartu uang elektronik perbankan.

Belum lagi, di tahun 2021 tanda-tanda peningkatan uang elektronik (UE) memang menggeliat. Data Bank Indonesia (BI) per Februari 2021 misalnya mencatat transaksi UE naik 20,1% secara year on year (yoy) menjadi Rp 2,8 triliun. Posisi tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bulan Januari 2021 yang hanya tumbuh 6,8% secara tahunan. 

Hal ini tentu bisa menjadi sasaran bank untuk meraih lebih besar pendapatan. Sebabnya, per 1 April 2021 BI bank penerbit UE berbasis kartu (chip) sudah bisa mendapat komisi atau fee dari merchant discount rate (MDR).

Baca Juga: BI: Nilai transaksi e-commerce Februari 2021 naik 45,28%

Hal ini disahkan oleh Bank Indonesia melalui melalui Keputusan Deputi Gubernur BI Nomor 23/1/KEP.DpG/2021 tentang penetapan skema harga merchant discount rate (MDR) dalam pemrosesan transaksi uang elektronik chip based. 

Bank sentral sepakat untuk menentukan besaran MDR untuk reguler sebesar 0,5%. Sementara untuk transaksi government to people (G2P) seperti bantuan sosial (bansos), people to government (P2G) antara lain pajak, paspor dan donasi sosial sebesar 0%.

Meski begitu, lantaran sesuai arahan dari Pemerintah yang melarang kegiatan mudik selama periode 6-17 Mei 2021 maka transaksi uang elektronik berbasis kartu belum akan meningkat sesuai ekspektasi. Senior Vice President PT Bank Mandiri Tbk Thomas Wahyudi menilai hal itu tentu akan membuat transaksi UE Bank Mandiri atau e-money hanya akan meningkat di dalam kota saja. 

Lagipula, menurut Thomas sejauh ini laju transaksi e-money masih relatif stabil dan tetap tumbuh. Pihaknya mencatat per akhir Maret 2021 total transaksi Mandiri e-money telah mencapai 250 juta transaksi. 

Baca Juga: Begini upaya bank swasta menggarap bisnis kredit UMKM di tengah pandemi

Volumenya pun ikut meningkat hingga hampir menembus Rp 4 triliun. "Relatif sama dengan data periode yang sama tahun lalu," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (15/4). Kondisi ini membuat Bank Mandiri sebagai penguasa bisnis kartu uang elektronik lebih percaya diri. 

Sebab, walau dalam situasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), transaksi tetap terus mengalami peningkatan. 

Senada, Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Santoso Liem tetap optimis menyambut Ramadan dan Libur Lebaran mendatang. "BCA senantiasa menawarkan produk dan layanan perbankan bagi nasabah, salah satunya melalui kartu Flazz BCA," katanya. 

Sejauh ini, bank swasta terbesar ini mencatat jumlah transaksi tetap positif. Data perseroan menunjukkan saat ini setidaknya ada 19 juta kartu Flazz BCA tersebar di Tanah Air dengan frekuensi transaksi per Maret 2021 sudah mencapai 118 juta transaksi. 

Selain itu, nominal transaksi Flazz per Maret 2021 juga cukup tinggi di kisaran Rp 1,9 triliun. Belum banyak bergerak dari posisi bulan-bulan sebelumnya. "Kami memperkirakan terjadi peningkatan transaksi Flazz di momen Idul Fitri," ungkap Santoso. 

Baca Juga: Fitur layanan Bank Jago dan Gojek bakal segera meluncur

Untuk itu, saat ini pihaknya tengah fokus menyiapkan sederet layanan bagi pengguna. Salah satunya optimalisasi isi ulang Flazz melalui BCA Mobile hingga menambah variasi desain Flazz. 

Di sisi lain, BCA juga sudah mulai bergerilya menambah kerjasama penjualan atau co-branding Flazz sambil memperluas akseptansi Flazz. Tujuannya, agar penggunaan kartu UE yang beredar bisa lebih optimal. 

Lewat sederet strategi tersebut, BCA berharap tahun ini total transaksi Flazz bisa mengalami peningkatan sedikitnya 20% dari pencapaian tahun lalu yang menembus 447 juta transaksi. 

Selanjutnya: Optimalkan layanan perbankan, Indonesia Financial Group gandeng Bank BTN

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×