Reporter: Leni Wandira | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Sebagai bagian dari program “Sukaria Ga Ada Habisnya”, TMII bekerja sama dengan Gebyar Komunikasi menghadirkan Sorak Sorai Festival 2.0 sepanjang periode Nataru. Festival ini menampilkan konser musik dari Slank, Barasuara, NDX, Vieratalle, hingga Soulfu, serta beragam sajian kuliner Nusantara, instalasi seni, air mancur menari, dan aktivitas ramah keluarga.
Direktur Utama Gebyar Komunikasi Danny K. Armananta menyebut, festival ini dirancang sebagai perayaan budaya yang inklusif dan lintas generasi.
“Seluruh rangkaian program kami kemas sebagai ‘hadiah pengalaman’ bagi pengunjung yang ingin merayakan akhir tahun dengan cara berbeda,” katanya.
Selain festival musik, pengunjung juga dapat menikmati berbagai atraksi lain seperti Light Installation Hutan Menyala Dongeng Nusantara, Circus Nusantara, Animal Parade Jagat Satwa Nusantara, Jazz Senja Nusantara, hingga Parade Budaya Diklat Anjungan TMII.
Dari sisi operasional, TMII memperkuat manajemen keramaian terintegrasi, kesiapan fasilitas dan mobilitas internal, layanan digital, serta protokol keamanan yang lebih responsif guna memastikan kenyamanan pengunjung.
Tonton: 8 Titik Perayaan Tahun Baru di Jakarta, Monas Ditiadakan
Namun berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, TMII memutuskan untuk tidak menggelar pesta kembang api pada malam Tahun Baru. Keputusan ini diambil sebagai bentuk empati terhadap masyarakat di sejumlah daerah yang tengah terdampak bencana.
Sebagai gantinya, TMII akan menggelar Doa Seribu Lilin dan aksi penggalangan dana terbuka.
“Tahun Baru bukan semata tentang perayaan, tetapi juga tentang kepedulian dan solidaritas sebagai satu bangsa,” demikian pernyataan manajemen TMII.
Kesimpulan
TMII menyambut libur Nataru 2025/2026 dengan pendekatan berbeda: menempatkan budaya, kebersamaan, dan kepedulian sosial sebagai inti perayaan, bukan sekadar hiburan massal. Melalui ragam aktivasi budaya, festival musik lintas generasi, pemberdayaan UMKM, serta pengelolaan destinasi yang terintegrasi dan aman, TMII menegaskan transformasinya sebagai destinasi budaya modern yang inklusif dan berkelanjutan. Keputusan meniadakan pesta kembang api dan menggantinya dengan Doa Seribu Lilin menjadi penegasan sikap bahwa perayaan akhir tahun juga dapat menjadi ruang empati dan solidaritas nasional.
Selanjutnya: Ekonomi Indonesia 2026 Diproyeksi Kalah dari Target Pemerintah? Ini Penjelasannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













