Reporter: Dimas Andi | Editor: Tendi Mahadi
Di antaranya, smelter TSL Ausmelt dapat mengolah konsentrat dengan kadar timah (Sn) lebih rendah dan dapat menggunakan konsentrat timah primer sebagai pencampur bahan baku dan tidak ada hardhead (FeSn) yang dikeluarkan dari tanur.
Selain itu, smelter ini memiliki kapasitas peleburan yang lebih besar yakni mencapai 40.000 ton crude tin per tahun. Proses kerja smelter ini juga lebih terkendali dengan adanya Process Control System (PSC).
Baca Juga: Ada PPKM mikro, Erajaya Swasembada (ERAA) optimistis penjualan tahun ini positif
Zulkarnaen menambahkan, Lelehan terak dari smelter TSL Ausmelt merupakan bahan baku tanur fuming yang akan menghasilkan debu timah. Nantinya, debu tersebut dapat diolah kembali di dalam smelter TSL Ausmelt.
Smelter baru TINS ini juga menghasilkan efisiensi energi dari proses peleburan timah dalam tanur yang lebih baik. Smelter ini turut dilengkapi proses desulfurisasi gas buang yang menghasilkan gypsum sebagai produk samping dan waste water treatment plant (WWTP) yang sebagian besar air hasil pengolahannya dapat disirkulasi dan digunakan kembali untuk kebutuhan pabrik.
“Tingkat keselamatan, kesehatan kerja, dan lingkungan smelter baru ini juga lebih baik. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk operasional smelter juga relatif lebih sedikit,” ungkap Zulkarnaen.
Selanjutnya: Widodo Makmur Unggas (WMUU) pertahankan kinerja positif di tengah pandemi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News