Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
Strategi Pelaku Usaha
PT Destinasi Tirta Nusantara Tbk (PDES) turut merasakan pil pahit dari belum terkendalinya pandemi covid-19. Corporate Secretary PDES, AB Sadewa menyampaikan bahwa selama masa PPKM darurat dua pekan ini, produk-produk perjalanan domestik tidak mengalami pergerakan.
"Kan memang banyak penyekatan, market juga enggan untuk traveling. Semoga PPKM ini bisa menurunkan kasus covid-19 sehingga penyekatan bisa kembali dibuka," kata Sadewa kepada Kontan.co.id, Jum'at (16/7).
Selama masa sepi di bisnis tour dan transportasi ini, upaya PDES untuk bertahan bertumpu pada strategi cost leadership. Sembari bersiap dan melihat peluang yang muncul setelah masa PPKM selesai.
"Syarat pemulihan (sektor perjalanan wisata) kalau masyarakat sudah vaksinasi di atas 70% dan border kembali dibuka. Tentunya, untuk mengarah ke sana salah satu upaya untuk menekan kasus covid-19 melalui PPKM," sebut Sadewa.
Berada pada masa yang sulit, PDES pun mendorong pemerintah untuk memberikan stimulus. Misalnya dengan percepatan realisasi hibah pariwisata. Insentif tersebut diharapkan bisa diberikan kepada Biro Perjalanan Wisata (BPW) dan Agen Perjalanan Wisata (AGP) dengan skema yang serupa pada industri perhotelan.
Baca Juga: Menparekraf siapkan lima langkah untuk pemulihan pariwisata dan ekonomi kreatif
"Saya rasa untuk tour operator bisa dengan skema yang sama (seperti perhotelan). Apalagi BPW mendatangkan wisman ke Indonesia, yang nantinya tamu diterima oleh hotel, transportasi, restoran dan atraksi wisata. Penting rasanya bagi pemerintah untuk menjaga sustainability industri pariwisata nasional," terang Sadewa.
Mobilitas masyarakat yang terbatas juga berdampak bagi PT Weha Transportasi Indonesia Tbk (WEHA). Emiten yang juga dikenal sebagai White Horse Group sudah melihat adanya tren penurunan jumlah penumpang sejak akhir Juni. Untuk bertahan, sejumlah strategi pun dikerahkan.
Direktur Business Development White Horse Group Andrianto Putera Tirtawisata mengungkapkan bahwa penurunan kinerja lebih banyak pada segmen bisnis antar-jemput antar kota (intercity shuttle) karena banyak masyarakat yang takut bepergian.
Sedangkan untuk segmen bisnis penyewaan bus, penurunan lebih bisa diantisipasi. "Karena kami dari tahun kemarin sudah mengganti strategi ke shuttle karyawan yang mana banyak dari customer kami ada di kategori perusahaan esensial dan kritikal," ungkap Andrianto.
Sebagai strategi penurunan di segmen bisnis intercity shuttle, WEHA pun mengintip peluang dari lonjakan pengiriman paket. "Untuk itu, kami membuat DayMall sebagai konsep baru untuk pembelian makanan dari luar kota sehari sampai," pungkas Andrianto.
Selanjutnya: Kebijakan PPKM darurat tidak halangi pemerintah untuk mendorong investasi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News