Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - TEXAS. Mundurnya jadwal perilisan iPhone terbaru tahun ini rupanya mesti dibayar mahal oleh Apple. Laporan terbaru menyebut bahwa Apple terpaksa kehilangan hingga US$ 100 miliar dari nilai sahamnya.
Melansir Reuters, Apple pada hari Kamis (29/10) mengalami penurunan kuartalan paling tajam untuk penjualan iPhone dalam dua tahun terakhir. Penurunan tercatat mencapai 5% setelah jam kerja berakhir, menyebabkan Apple kehilangan US$ 100 miliar dari nilai pasar sahamnya.
Tercatat sejak tahun 2013, Apple selalu merilis seri iPhone terbaru pada bulan September, jadwal ini berjalan rutin hingga tahun lalu. Akibat pandemi yang melanda tahun ini, perilisan seri iPhone terbaru terpaksa mundur hingga satu bulan karena Apple mengakui adanya hambatan dalam proses produksi.
Di saat penjualan Mac dan AirPods melonjak, penjualan iPhone justru turun 20,7% menjadi US$ 26,4 miliar. Investor mengantisipasi penjualan yang lebih rendah, terutama di China, di mana lebih banyak konsumen memiliki akses ke 5G daripada di Amerika Serikat atau Eropa.
Baca Juga: Saham Apple anjlok pasca rilis iPhone 12, hal ini diduga jadi penyebabnya
Secara umum, Apple telah berhasil mengalahkan ekspektasi penjualan tahun ini dengan merilis banyak produk dan layanan baru yang masih bisa dinikmati selama pandemi.
Apple melaporkan pendapatan dan laba untuk kuartal keempat (Q4) yang berakhir 26 September lalu sebesar US$ 64,7 miliar dan 73 sen per saham. Angka tersebut lebih tinggi dari perkiraan analis yang sebesar US$ 63,7 miliar dan 70 sen per saham, menurut data IBES dari Refinitiv.
Dalam wawancara dengan Reuters, CEO Apple Tim Cook mengatakan bahwa dia optimis dengan penjualan iPhone 12 setelah melihat respons pasar pada lima hari pertama pengiriman.
"5G adalah jenis peluang sekali dalam satu dekade. Dan kami tidak bisa lebih bersemangat untuk memasuki pasar tepat ketika kami melakukannya. Setidaknya di AS, operator sangat agresif," ungkap Cook.
Baca Juga: Laris manis, Apple akan tambah produksi iPhone 12 hingga 2 juta unit
Untuk pasar China, Cook mengatakan dia mengharapkan perangkat 5G baru untuk membantu memulihkan penjualan iPhone di China. Mundurnya waktu rilis iPhone mendorong penurunan penjualan di China sebesar 28,5% menjadi US$ 7,95 miliar.
Apple telah mengimbangi penjualan iPhone yang tidak stabil dalam beberapa tahun terakhir dengan pertumbuhan yang stabil di segmen layanannya. Mulai dari streaming musik dan tayangan televisi serta film.
Pendapatan jasa juga naik 16,3% menjadi US$ 14,5 miliar, dibandingkan dengan perkiraan analis sebesar US$ 14 miliar. Cook mengatakan kepada Reuters bahwa Apple One, satu paket layanan berbayar Apple, akan diluncurkan pada hari Jumat (30/10).
Cook menjelaskan bahwa Apple memiliki 585 juta pelanggan berbayar di seluruh platformnya, naik dari 550 juta pada kuartal sebelumnya dan mendekati target 600 juta pelanggan yang ditetapkan perusahaan untuk akhir kalender 2020.
Penjualan Mac dan iPad naik menjadi US$ 9,0 miliar dan US$ 6,8 miliar, dibandingkan dengan perkiraan US$ 7,92 miliar dan US$ 6,12 miliar, menurut data Refinitiv.
Dari penjualan aksesoris, Apple mencatat kenaikan penjualan 20,8% menjadi US$ 7,9 miliar, berbanding cukup jauh dari perkiraan analis yang sebesar 13,5% menjadi US$ 7,4 miliar.
Selanjutnya: Prancis lakukan lockdown, Apple pilih tutup 17 toko
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News